Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Dari ketiga hal itu, lalu disimpulkan. Berdasar olahan algoritma didapati bahwa iklan karier STEM tak terlalu direspons perempuan.
Ini kemudian memperoleh umpan balik algoritma dengan menampilkan iklan karier STEM dengan frekuensi yang lebih rendah. Sedangkan bagi pengguna Facebook laki-laki, iklan lebih sering ditampilkan.
Namun orientasi ekonomi maupun persaingan di antara pengiklan, justru yang jadi pendorong terjadinya perbedaan penampilan iklan.
Yang nampak, seakan algoritma Facebook lah yang mendorong undangan iklan karier STEM lebih banyak pada laki-laki, dibanding perempuan.
Baca Juga: Didominasi Laki-laki, Angka Perempuan di Ranah CleanTech Masih Rendah
Ini ditegaskan lewat pernyataan Lambrecht dan Tucker.
“Terlepas dari niat eksplisit berlaku netral terhadap gender, iklan Facebook untuk karier STEM lebih sering ditampilkan kepada laki-laki dibanding perempuan. Ini kemungkinan karena kekuatan ekonomi dan persaingan di antara pengiklan”.
Memang algoritma berperan, namun alokasi ekonomi dan persaingan juga menentukan.
Lalu apakah karena konfigurasi yang timpang ini telah bertahan lama, maka algoritma pun nampak turut campur, sehingga keadaannya jadi tak dapat diubah?
Ada strategi cantik yang Kawan Puan dapat diterapkan.
Strategi 'cantik' ini disampaikan Yang Yang, Nitesh V. Chawla, dan Brian Uzzi di tahun 2019 lewat tulisannya “A Network’s Gender Composition and Communication Pattern Predict Women’s Success”.
Berdasarkan kajian yang dilakukan, ketiga peneliti ini memperoleh informasi bahwa kerja aktual melalui jejaring sosial (social networking) adalah cara yang terbukti berhasil dalam mencari dan meraih posisi kepemimpinan.
Prosesnya dimulai saat pencari kerja menemukan informasi peluang pekerjaaan melalui jejaring sosial yang dimilikinya.
Lewat jejaring sosial ini, informasi pasar kerja yang sedang dibuka diumumkan kepada khalayak.
Isinya menyangkut jenis pekerjaan yang tersedia, reputasi perusahaan, hingga kisaran gaji rata-rata.
Baca Juga: 5 Alasan Membangun Relasi Penting, Bisa Buka Peluang untuk Tingkatkan Karier!
Informasi berdasar jejaring sosial ini disebut sebagai “ikatan lemah” seseorang, lewat kenalan.
Disebut "lemah" karena banyak pihak yang punya informasi sejenis.
Maka ketika orientasi yang ingin dicapai seseorang bersifat strategis, kualitas jejaring sosialnya harus ditingkatkan.
Mereka perlu membangun hubungan dengan orang-orang yang ada di pusat hubungan.
Mereka perlu terhubung dengan orang-orang yang paling terhubung. Perempuan pun sama.
Tercapainya keberhasilkan kerja maupun posisi perempuan yang hendak diraihnya, tak cukup hanya terhubung dengan orang-orang.
Perempuan juga harus terhubung dengan orang yang paling terhubung.
Dalam aplikasi strategisnya, hari ini peluang perempuan jadi terbuka lewat teknologi informasi. Ini termasuk aplikasi media sosial.
Seluruhnya jadi sarana untuk membentuk hubungan sosial yang luas.
Lewat teknologi ini juga tersedia informasi terkait kerja maupun pengembangan karier.
Pada jejaring terdapat orang-orang yang jadi pusat keterhubungan.
Orang jenis ini yang berperan sebagai the connecting dots, mampu menghubungkan orang pada orang-orang lainnya.
Perempuan dengan pengetahuannya, menemukan orang yang menjalankan peran ini. Sehingga dapat mengantarnya menuju puncak karier.
Banyak cerita adanya perempuan dengan karyanya, diperhatikan oleh para penyusun kebijakan, bahkan presiden.
Ini berkat kemampuannya mengenal orang yang ada di pusat keterhubungan. Yang kemudian mengantarnya ke puncak karier.
Tak terlalu sulit dilakukan, bukan? (*)