Parapuan.co - Keguguran rupanya tidak hanya berpengaruh secara mental dan fisik terhadap perempuan yang mengalaminya.
Perempuan yang mengalami keguguran tentu akan merasa sedih, bingung, lelah, bahkan stres dengan kondisinya.
Dan tak dapat dimungkiri, hal ini bisa berpengaruh pada caranya berinteraksi dengan pasangan.
Itulah yang secara langsung membuat kejadian seperti keguguran pada akhirnya mempengaruhi hubungan.
Lantas bagaimana keguguran berpengaruh terhadap hubungan? Berikut penjelasannya seperti dilansir dari Health Line!
Fakta dari Penelitian
Penelitian menunjukkan bahwa trauma, apa pun bentuknya, dapat mempengaruhi hubungan romantis.
Sebuah studi pada tahun 2010 mengungkap bahwa keguguran dan lahir mati berdampak pula pada suatu hubungan.
Pasangan menikah yang kehilangan bayi karena keguguran memiliki kemungkinan perpisahan lebih besar 22 persen dibandingkan yang mempunyai bayi sehat.
Baca Juga: Mau Ikut Prenatal Yoga? Ini 4 Tips untuk Membuatmu Aman dan Nyaman
Penelitian menunjukkan bahwa perpisahan yang terjadi setelah pengalaman keguguran disebabkan karena kesedihan adalah hal rumit.
Jika peristiwa tersebut pertama kali menimpa pasangan, masing-masing akan kembali belajar tentang diri sendiri satu sama lain di saat yang bersamaan.
Belum lagi melihat fakta bahwa sebagian orang mengasingkan dirinya dari siapa pun, termasuk pasangan untuk bisa mengatasi kesedihan.
Sebagian lainnya bertanya-tanya di dalam pikirannya sendiri tentang rasa bersalah setelah kehilangan janin calon buah hati.
Sebuah studi pada 2003 menemukan bahwa 32 persen perempuan merasa interpersonal jauh dari pasangannya satu tahun setelah keguguran.
Sementara itu, 39 persen lainnya merasa jauh secara seksual dari pasangan mereka.
Melihat presentase tadi, kamu mungkin sudah paham bahwa begitu banyak hubungan yang berakhir setelah adanya keguguran.
Mengantisipasi Perpisahan
Walau secara statistik perpisahan setelah keguguran terjadi sangat tinggi, tetapi pada dasarnya pasangan belum pasti berpisah.
Baca Juga: Selain Menangis, Ini Tanda-Tanda Anak Balita Alami Separation Anxiety
Berpisah atau tidaknya pasangan tidak hanya ditentukan dari peristiwa itu saja.
Profesor Katherine Gold dari Universitas Michigan menjelaskan, banyak pula pasangan yang malah menjadi lebih dekat setelah kehilangan.
Salah satunya seperti perempuan bernama Michelle yang mampu bertahan dengan pasangan meski kehilangan buah hatinya.
"Kehilangan memang sulit, tetapi aku dan suami memilih untuk tumbuh bersama," ungkap Michelle.
"Hanya karena secara fisik tubuhku yang mengalaminya, bukan berarti kami berdua tidak merasakan sakit dan kehilangan. Itu bayinya juga," imbuhnya.
Baginya, saling berpelukan selama masa-masa sulit dapat meningkatkan kualitas dan romantisme dalam hubungan.
Terpenting, setiap pasangan yang mengalami masa sulit seperti kehilangan calon bayi adalah dengan menjalin komunikasi.
Bicarakan apa yang kamu rasakan, butuhkan, dan inginkan kepada pasangan.
Jika sulit membicarakan berdua, kamu dan pasangan bisa meminta bantuan profesional atau pihak ketiga sebagai mediator.
Semoga informasi ini menyadarkan Kawan Puan akan pentingnya komunikasi di tengah masa sulit sekalipun, ya.
Baca Juga: Pentingnya Komunikasi dalam Hubungan, Termasuk Mendengarkan Pasangan
(*)