JAKARTA, PARAPUAN.co - Kantor Perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou cabang Jakarta resmi kembali beroperasi setelah sempat vakum selama lebih kurang tiga tahun akibat pandemi Covid-19.
Pembukaan kantor perwakilan Rumah Sakit Kanker Modern St. Stamford Guangzhou di Jakarta mendapat dukungan kuat dari pemerintah Indonesia dan komunitas medis. Di antara yang hadir ada Bpk. Ji Guo Zhang, Mantan Presiden Perhimpunan Pengobatan Tradisional Cina Indonesia, Bapak Hong Weihao, Wakil Ketua Konsil Kesehatan Tradisional Indonesia, Dr. Dollar, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Jakarta Barat, dan Bapak He Lang Bing.
Hadir pula Wakil Manajer dan Direktur Departemen Hubungan Internasional St. Stamford Modern Cancer Hospital, Kepala Dokter St. Stamford Modern Cancer Hospital Dr. Peng Xiao Chi dan Manajer Kantor Perwakilan Jakarta Mr. Hu Ye Hai.
Selain itu, banyak pejuang anti-kanker, seperti pasien yang sudah sembuh dari kanker selama 3-10 tahun, yang datang memberikan testimoni mereka.
Pembukaan kembali kantor tersebut dibarengi dengan penambahan fungsi. Awalnya, kantor ini hanya melayani keberangkatan pasien saat berobat, seperti pengurusan visa dan tiket pesawat.
Kini, Kantor Perwakilan St Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou cabang Jakarta juga berfungsi sebagai Basis Pelatihan Onkologi Terpadu "Belt and Road" dari Asosiasi Anti-Kanker China. Fasilitas ini juga menjadi pusat layanan untuk karier medis kedua negara.
Melalui kantor tersebut, kedua negara akan memperkuat kerja sama dalam bidang pelatihan bakat, pertukaran teknologi, dan pelatihan medis.
Untuk pelatihan, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou akan menyediakan serangkaian layanan, seperti pertukaran pengetahuan onkologi, konsultasi medis, dan perawatan lintas batas untuk pasien kanker Indonesia.
Ahli Onkologi St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Profesor Peng Xiaochi mengatakan, pihaknya sangat senang dapat kembali membuka kantor operasionalnya yang ada di Jakarta.
“Saya senang bisa kembali bertemu dengan pasien yang dulu saya tangani lima hingga 10 tahun lalu. Rumah sakit (RS) kami punya sejarah sekitar 18 tahun,” ujar Peng dalam acara Grand Opening St. Stamford Modern Cancer Hospital Jakarta Office, Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga: Viral di TikTok Karsinogen yang Sebabkan Kanker, Ini Penjelasannya!
Dr. Peng mengakui bahwa pihaknya sangat antusias dalam membantu pasien kanker di Indonesia agar dapat keluar dari kondisi tersebut. Apalagi, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou punya sejumlah metode modern untuk membantu proses penanganan pasien.
“Operasi, kemoterapi, dan radioterapi merupakan tiga metode konvensional utama untuk pengobatan tumor ganas. Namun, bagi pasien kanker stadium lanjut yang tidak dapat dioperasi dan menahan pengaruh anestesi serta kemoradioterapi, tiga metode itu kurang cocok diaplikasikan,” terang Dr Peng.
Agar penanganan kanker pada pasien dapat dilakukan secara optimal, termasuk pada penderita stadium lanjut, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou mulai menggunakan sejumlah metode yang lebih modern.
Salah satu metode penanganan tersebut adalah pengobatan minimal invasif. Metode ini adalah prosedur pembedahan untuk diagnostik ataupun terapi yang dilakukan melalui sayatan luka kecil.
Sayatan itu akan menghasilkan luka kecil agar bisa diakses oleh dokter untuk melakukan sejumlah tindakan pengobatan.
“Pengobatan klinis yang kami pilih sejak beberapa belas tahun itu adalah metode yang tepat. Sebab, pengobatan ini telah membantu banyak pasien untuk mendapatkan harapan hidup yang baru. Bahkan, mampu mengobati secara total pasien yang menderita stadium lanjut atau empat,” ucap Peng.
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 6 Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara
Karena itu, banyak RS mempelajari panduan dari St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou lantaran dinilai memiliki serangkaian pengobatan yang sangat baik untuk pasien.
Dr. Peng melanjutkan bahwa pengobatan minimal invasif yang ada pada St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou juga didukung dengan 18 metode unggulan.
Beberapa dari metode tersebut di antaranya adalah penggunaan Nanoknife technology, Vascular Intervention Procedure, Combined Knife Cryoblation, Radioactive Particle Implantation, Photon Knife technology, dan gene targeted therapy.
Selanjutnya, pengobatan minimal invasif kombinasi Timur dan Barat, radio frequency ablation (RFA), green therapy, photodynamic technology, microwave ablation technology, serta thermal therapy.
Kemudian, combined radiotherapy and radioactive particle chemotherapy, complimentary therapy, 3D printed template particle implantation, breast reconstruction surgery, endogenetic thermotherapy, dan imunoterapi.
Selain 18 metode tersebut, ada pula metode lain yang digunakan untuk penanganan kanker, seperti cryosurgery argon-helium, brachytherapy, dan intervensi vaskular.
Di acara tersebut, Dr. Peng juga memperkenalkan metode pengobatan intervensi minimal invasif yang baru diluncurkan di St. Stamford Modern Cancer Hospital, yaitu drug-eluting beads TACE (DEB TACE).
Baca Juga: Pentingnya Mengenali Gejala Awal dan Faktor Risiko Kanker Ovarium
Dia menyebutkan bahwa Drug-eluting beads adalah bahan emboli yang dapat menyerap dan membawa obat kemoterapi. Setelah manik-manik (bead) yang dimuat obat memasuki pembuluh darah tumor, bead tersebut menyumbat pembuluh darah tumor dan pada saat yang sama secara perlahan melepaskan obat kemoterapi untuk jangka waktu yang lebih lama (hingga 1 bulan atau lebih) yang terus bekerja di bagian dalam tumor.
Pengobatan intervensi minimal invasif ini dapat sangat mengurangi efek samping toksik dari obat kemoterapi pada pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Untuk intervensi, kami menggunakan sebuah manik kecil yang bisa menghantarkan obat pembunuh kanker atau umum disebut obat kemo. Intervensi ini dilakukan melalui pembuluh darah arteri agar langsung sampai ke pusat tumor. Manik kecil ini berfungsi untuk menyumbat pembuluh darah agar tumor mati dan menyebarkan obat selama 24 jam ke pusat tumor,” jelas Dr. Peng.
Sambutan Positif
Pembukaan kembali Kantor Perwakilan St Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou cabang Jakarta disambut baik oleh banyak pihak, termasuk oleh para pasien yang pernah berobat di rumah sakit tersebut.
Salah satu pasien, Ibu Anny Ibriah, menyambut baik pembukaan tersebut karena dapat menjadi opsi bagi para pasien kanker yang menginginkan pengobatan ke luar negeri.
Ia juga mengenang saat dirinya pertama kali didiagnosis menderita kanker nasofaring stadium 3 pada November 2014.
Baca Juga: Waspadai Gejala Kanker Tiroid, Perempuan 3 Kali Lebih Berisiko
Saat itu, ia dan keluarga mengaku sedih lantaran harus menderita penyakit tersebut. Ia pun merasa putus asa lantaran tak mendapatkan perkembangan baik.
“Di Indonesia banyak, tapi saya ingin pengobatan yang tepat. Suami saya terus melakukan pencarian dan akhirnya menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Tak menunggu lama, kami langsung menuju perwakilan kantor di Jakarta dengan membawa hasil CT scan dan lab,” ujar Ibu Anny.
Setelah berkonsultasi, lanjut Ibu Anny, dirinya pun tak ragu untuk memutuskan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou sebagai tempatnya berobat.
Ia juga menjelaskan bahwa pelayanan dan penanganan yang diberikan RS tersebut sangat baik lantaran membuat pasien merasa tenang.
“Saya berangkat, meski tidak bisa bahasa Mandarin dan Inggris. Untungnya, disediakan penerjemah. Sampai sana, semua kondisi saya semua dicek ulang dan hasilnya cepat sekali. Namun, stadium saya naik jadi 4. Saya down, tapi saya pasrah dan yakin saja,” katanya.
Ibu Anny menambahkan, dirinya mendapatkan penanganan berupa intervensi sebanyak empat kali.
Baca Juga: Cerita Vina Panduwinata Dirikan Yayasan untuk Para Pejuang Kanker
“Saya sampai ingin menyerah. Namun, dokter selalu sigap untuk memantau saya. Setelah berapa hari, saya mulai nyaman. Saat intervensi kedua, saya lebih tenang. Setelah dicek kembali, progres saya ternyata bagus. Saya pun tak harus mengikuti intervensi dan diminta untuk melakukan radiasi sebanyak 25 kali,” tutur Ibu Anny.
Menurut Anny, salah satu keunikan pada St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou adalah pelayanan yang mengharuskan satu kamar berfasilitas lengkap untuk satu pasien agar lebih privat.
Tak hanya itu, ia juga pernah diajak makan di atas kapal agar ia tak merasa bosan dan bisa merasa senang. Dengan begitu, penyembuhannya bisa menjadi lebih cepat.
Senada dengan Ibu Anny, pasien lain di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Ibu Melly Timor, yang pernah didiagnosis menderita kanker ovarium stadium 4 pada 2018 menerangkan bahwa pengobatan di RS tersebut sangat luar biasa.
“Pengobatan di dalam negeri sudah saya coba, tapi kurang optimal dan keluarga ingin penanganan yang lebih. Akhirnya, kami menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dulu, saat berangkat itu badan saya sangat buruk dan sangat kurus. Saya juga susah tidur karena susah bernapas akibat cairan di perut,” terang Ibu Melly.
Ibu Melly menambahkan, sesampainya di sana, ia menjelaskan tentang cairan yang ada di perutnya itu. Tak butuh waktu lama, tim medis yang ada pada St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou pun langsung bergerak cepat dengan mengeluarkan cairan tersebut.
“Saya jadi bisa tidur. Saya (dirawat) di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou (selama) 1,5 tahun dan dapat penanganan empat kali intervensi. Setelah intervensi selesai, keadaan saya mulai kembali normal dan bisa kembali ke Tanah Air. Namun, pandemi membuat saya tidak bisa kembali ke China untuk operasi akhir. Meski begitu, operasi di dalam negeri juga berjalan lancar karena sebelumnya sudah mendapat penanganan di Guangzhou,” ujarnya.
Sebagai informasi, Kantor Perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou cabang Jakarta beralamat di Gold Coast PIK Office Tower Eiffel, Lantai 1, Jalan Pantai Indah Kapuk, Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Untuk info lebih lanjut atau keperluan konsultasi bisa kunjungi website resmi www.moderncancerhospital.co.id. (*)
Penulis: Erlangga Satya Darma