Namun diakui oleh Dr. Widi bidang analisis kimia terkadang tidak ramah perempuan, terutama ibu hamil. Bukannya tanpa alasan, ia menilai bahwa jika sedang melakukan aktivitas di lab sangat erat dengan penggunaan bahan-bahan kimia yang mungkin saja berbahaya.
“Kita di lab kan erat menggunakan pelarut organik, bahkan senyawa yang kita teliti mungkin saja berbahaya, karena tidak hanya senyawa bioaktif tapi juga ada senyawa kontaminan, seperti toksin,” cerita Dr. Widi.
Di sisi lain, peneliti perempuan juga masih kesulitan untuk menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan pribadinya.
“Saya sendiri sebenarnya lebih percaya work and life enggak bisa balance. Karena sebagai seorang ibu seringnya dituntut lebih banyak waktu untuk mengurus life daripada work, untuk membersamai keluarga terutama anak” ujarnya.
Dalam pekerjaan, menurut Dr. Widi, para perempuan peneliti bisa saja digantikan oleh sumber daya manusia yang lain.
“Tapi kalau kehadiran kita itu tidak bisa tergantikan saat kita membersamai anak. Tapi aktualnya yang terjadi tuntutan kerjaan itu lebih banyak dan akan semakin banyak dengan meningkatnya karier seseorang,” jelasnya.
Maka, agar kedua kehidupan tersebut bisa berjalan dengan baik, diperlukan kompromi dan strategi.
Tim Mayoritas Perempuan
Di tengah berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi dalam pekerjaanya, Dr. Widi mengaku cukup berbangga hati karena timnya didominasi oleh perempuan peneliti.
Baca Juga: Apakah Bidang Analisa Pangan Ramah Perempuan? Ini Kata Dr. Widiastuti Setyaningsih