“Laki-lakinya (tim riset) hanya seperlimanya. Malah mungkin sepuluh persen yah yang laki-laki,” ceritanya.
Di bidang teknologi pangan, menurut Dr. Widi, memang didominasi perempuan peneliti.
Di sisi lain, bidang analisa pangan yang ia geluti juga cukup mendukung para perempuan peneliti untuk bisa berkembang.
“Ada kemungkinannya kita menjadi leader di dalam bidang analytical chemistry, meskipun memang ada keterbatasan pada beberapa hal,” ujarnya.
Dr. Widi mengaku cukup bersyukur bahwa bidang analisis pangan cukup inklusif.
“Di lingkungan saya sendiri, empat per limanya adalah perempuan peneliti. Dan di lingkungan aktual juga sudah saya rasakan cukup kondusif untuk perempuan beraktivitas dalam penelitian ilmiah, khususnya di analisis pangan,” ceritanya berdasarkan pengalamannya sendiri.
Mengungkap Tabir Alam
Selama 18 tahun berkarier di dunia analitik pangan, Dr. Widi mengaku menikmati pekerjaannya ini walau terkadang penuh tantangan.
"Menariknya adalah kita bisa mengungkap tabir alam. Misalnya seperti di bunga pisang yang sedang diteliti, sebelumnya orang enggak akan tahu di situ ada banyak sekali komponen antidepresan," ujarnya.
Baca Juga: Ini Perjalanan Dr. Widiastuti Setyaningsih Meneliti Bunga Pisang untuk Jaga Kesehatan Mental
Dengan ilmu food analytical chemistry, rahasia-rahasia alam tersebut pun bisa terungkap.
"Dan masih banyak lagi bahan-bahan alam lainnya di Indonesia yang belum dieksplorasi dan dimanfaatkan," ujar Dr. Widi yang berharap ke depannya akan semakin banyak perempuan peneliti yang bisa meneliti bahan alam di tanah air yang sangat kaya.
Dan kini ia cukup bersuka cita karena beberapa mimpinya dulu akhirnya bisa tercapai.
Tetapi juga, dalam waktu yang sama muncul mimpi yang baru untuk dicapai.
"Dan saat ini mimpi yang di depan mata itu yang erat kaitannya dengan riset yang saya kerjakan sekarang, yang akhirnya nanti dapat memproduksi pangan fungsional yang bisa memberikan manfaat untuk masyarakat dalam menjaga kesehatan mentalnya," terangnya.
(*)