Mengenal Elisabeth Novie Riswanti, Satu-Satunya Direktur Perempuan di BTN

Citra Narada Putri - Senin, 12 Agustus 2024
Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Assets Management Bank Tabungan Negara.
Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Assets Management Bank Tabungan Negara. (Dok. PARAPUAN)

Kita mendapatkan tugas dari pemerintah tahun ini harus memberikan kredit 3.000 unit perumahan kepada masyarakat. Kita merupakan bank pemerintah yang memang ditugaskan untuk itu. Ini harus bagus kualitasnya. Saya me-manage supaya debitur-debitur ini membayar. 

Selain itu, program kita di asset management ada namanya Assets Sales. Kita kemarin hampir dapat 2 triliun (rupiah) lebih. Kita juga lelang-lelang. Itu merupakan pencapaian yang luar biasa di tengah-tengah Covid-19 kemarin bisa menjual 2 triliun (rupiah) lebih. 

Ibu Novie menjadi inspirasi dan role model bagi banyak perempuan. Tapi siapa role model seorang Elisabeth Novie Riswanti?

Kalau perempuan sukses di pekerjaannya, tapi juga sukses di keluarganya, itu luar biasa karena bukanlah hal yang mudah. Role model yang baik contoh Ibu Sri Mulyani, Ibu Retno (Marsudi), saya salut. Menteri-menteri perempuan kita itu saya lihat kehidupan keluarganya juga sangat dekat walau memang tidak mudah. 

Di BTN juga banyak perempuan yang susah berkarier. Pada saat awal rekrutmen, pasti lebih pinter anak-anak perempuan. Tapi begitu ke sini, eksisnya (karyawan perempuan) berkurang dengan berbagai alasan. 

Misal yang lain mau lembur, yang perempuan maunya cepat pulang mengurus keluarga. Yang laki-laki mau ditempatkan di tempat yang jauh, yang perempuan ada saja alasannya. Yah itu tantangan. Jadi kalau ada yang bisa sukses sampai di atas dengan karier yang oke dan keluarganya juga baik-baik saja, kalau menurut saya itu sangat menginspirasi.  

Karena saya sendiri juga merasakan bahwa ini bukan hal yang mudah, tapi bukan hal yang tidak bisa dijalankan.

Bisa menyeimbangkan karier dengan keluarga adalah hal yang luar biasa. Bagaimana membagi waktu dengan keluarga?

Ada namanya ilmu “Kini Disini”. Saya kalau di rumah tidak pernah memikirkan pekerjaan. Saya tidak selalu bisa seperti itu, tapi itu kondisi yang selalu saya upayakan dari dulu. 

Baca Juga: Viral di TikTok Tips Menyeimbangkan Karier dan Pendidikan ala Prilly Latuconsina

Kalau saya sedang kerja, saya fokus pekerjaan. Berusaha untuk tidak terpengaruh keadaan di rumah. Tapi begitu di rumah, saya juga fokus di rumah. 

Misalnya saya sedang bersepeda, atau saya sedang naik gunung, ya sudah kalaupun ada pekerjaan tidak saya pikirkan. Saya gowes yah fokus, saya naik (gunung) Lawu, yah fokus. Jadi “Kini Disini”. 

Itu memang butuh latihan. Karena saya sudah terbiasa seperti itu, lama-lama anak-anak juga akan tahu kalau saya sedang kerja, jika bukan hal penting tidak akan menelpon. Itu semua komitmen.

Di balik kesibukan membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga, masih punya waktu untuk diri sendiri? Apa me time versi Ibu Novie?

Saya ini senang olahraga dan seni. Saya sebenarnya lahir dari keluarga seni. Kalau orang kenal Ketoprak Sapta Mandala, ibu saya pemain wayang orang. Bapak saya keroncongan. Jadi saya suka menari dari kecil.

Tapi, dulu orang tua dulu bilang kalau nari untuk hobi saja, jangan untuk kerja. Jadi saya tidak ambil sekolah seni, dan akhirnya ambil Universita Gadjah Mada (UGM), tidak boleh ke ISI (Institut Seni Indonesia). Walau pada akhirnya tetap saya jalani.

Namun memang saya itu orangnya senang seni, menari, olahraga, sepedaan, naik gunung, nge-gym. Jadi me time saya yah olahraga sebenarnya. Awalnya saat Covid-19, mulai olahraga outdoor, ternyata senang.

Apakah masih ada mimpi yang ingin diraih?

Kalau untuk karier, saya rasa sudah cukup disyukuri. Dari saya lulus kuliah sampai sekarang saya di BTN. Dari bawah, sampai sekarang menjadi direktur di BTN, menurut saya sudah sangat disyukuri. 

Baca Juga: Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan, Ini Mimpi Perempuan Peneliti Dr. Widiastuti Setyaningsih

Hanya saja memang, karena dari dulu saya ini sering organisasi, saya merasa ada hal-hal yang belum bisa saya lakukan di lingkungan sekitar. Saya murni inginnya bisa berbuat hal yang lain. Bentuknya apa saya belum tahu, tapi bagi saya jadi orang itu hanya ada dua, yaitu jadi orang baik atau jadi orang bermanfaat. Bermanfaat untuk keluarga, lingkungan kerja, masyarakat. 

Menjadi orang bermanfaat dalam arti luas mungkin sudah, tapi saya merasa belum. Itu masih menjadi mimpi saya untuk bisa berbuat lebih banyak lagi. Tapi saya merasa kok pekerjaan terus, tidak pernah berbuat sesuatu yang lebih. 

Sempat terpikirkan kecil, karena saya senang menari, kalau pensiun saya mau buat pendopo dimana masyarakat saya ajarkan menari dan pentas kemana-mana secara gratis. Itu mimpi. 

Pesan untuk menggambarkan dan menyemangati perempuan Indonesia dalam meraih mimpinya?

Semua orang berhak untuk sukses, termasuk perempuan. kita Perempuan juga berhak untuk sukses. 

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Mengenal Elisabeth Novie Riswanti, Satu-Satunya Direktur Perempuan di BTN