Mengenal Elisabeth Novie Riswanti, Satu-Satunya Direktur Perempuan di BTN

Citra Narada Putri - Senin, 12 Agustus 2024
Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Assets Management Bank Tabungan Negara.
Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Assets Management Bank Tabungan Negara. (Dok. PARAPUAN)

Parapuan.co - Pandangan bahwa perempuan hanya berkutat soal urusan rumah tangga semakin terkikis seiring berjalannya waktu. Perempuan kini membuktikan diri sebagai sosok yang tangguh, cerdas, dan mampu berkontribusi secara signifikan dalam berbagai bidang kehidupan.

Seperti halnya sosok Srikandi, yang dikenal sebagai perempuan berani dan kuat dalam mengejar mimpinya. Dalam sektor perbankan, juga ada Srikandi BUMN yang membuktikan bahwa perempuan juga bisa berdaya dan punya pengaruh kuat untuk sekitar.

Ia adalah Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Assets Management Bank Tabungan Negara, yang juga merupakan direksi perempuan satu-satunya di BTN.

Seperti apa perempuan perempuan yang akrab dipanggil Novie ini dalam meniti karier dari bawah hingga bisa sampai ke puncak direksi? Berikut bincang eksklusif PARAPUAN dan Elisabeth Novie Riswanti.

Menduduki berbagai posisi strategis hingga masuk ke jajaran direksi BTN, apa yang memotivasi Ibu Novie bekerja di sektor perbankan?

Sebenarnya kalau flashback awal kenapa saya tertarik bekerja di sektor perbankan karena keluarga. Memang saya berasal dari keluarga besar perbankan, Pakde, om, sampai sepupu. Walau saya background pendidikannya hukum, tapi entah kenapa tidak tertarik jadi lawyer. Tapi saya ingin mengikuti jejak saudara-saudara pendahulu-pendahulu di keluarga untuk masuk di perbankan. 

Kebetulan memang keluarga besar saya adalah keluarga besar bank BUMN, jadi memang melamarnya dulu di bank BUMN. Dan akhirnya ilmu hukumnya juga memang benar-benar terpakai di perbankan. 

Di dunia perbankan tak lepas dari hukum perjanjian. Misal kita mau kerja sama dengan stakeholder atau instansi lain, kita perlu hukum perjanjian. Kreditur dan debitur itu juga enggak jauh-jauh dengan namanya perjanjian kredit. 

Saya jadi direktur assets management pun tidak lepas juga dengan hukum, karena harus ada proses eksekusi agunan, melakukan lelang ke KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang), kemudian mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hubungan kreditur dan debitur. 

Baca Juga: Dian Andyasuri, Direktur Perempuan yang Emban Misi Pemberdayaan di Industri Tambang

Menjadi “tukang tagih” dan jatuh cinta dengan pekerjaan ini hingga akhirnya menjadi Direktur Assets Management BTN. Apa hal paling menantang?

Sebenarnya saya awal karier itu bukan di penagihan, tapi jadi analis kredit, bagian yang memberikan kredit kepada developer. Ini dari sisi hulu. Tapi begitu kredit ini bermasalah dan menunggak, itu ada di sisi hilirnya. Itulah yang tadi disebut ‘tukang tagih’ dan saya masuk ke situ. 

Ini cukup menantang. Berhubungan dengan nasabah atau calon debitur yang meminta kredit, itu lebih gampang. Dibandingkan kita berhubungan dengan nasabah atau kreditur yang meminjam kredit yang tidak mau membayar kreditnya atau tidak mampu. 

Permasalahan di lapangan itu sangat bervariasi sekali. Ketika jadi ‘tukang tagih’ pertama kali, kadang-kadang kita kasihan. Nasabah sudah benar-benar tidak punya apa-apa, tapi rumah-rumah itu harus kita sita. Tapi untung pemerintah ada yang namanya relaksasi seperti restrukturisasi, jadi kita berdialog dengan mereka agar tidak otomatis kita eksekusi. Kita kasih pertolongan dulu, namanya restrukturisasi. Dijadwal ulang angsurannya. 

Tapi kadang ada juga yang bandel. Kita juga harus berhadapan dengan mereka yang marah-marah, padahal sudah tahu menunggak. Walau menantang, tapi di situ bagi saya pribadi justru rasanya kok lebih menarik. Tantangannya lebih bervariasi. Bahkan dulu ketika masih menjadi ‘tukang tagih’ ada (diancam) pisau. Sudah nunggak tapi masih marah-marah. Yah namanya juga di lapangan. 

Tapi memang di asset management ini jarang ada perempuan. Karena rata-rata yang megang di bagian penagihan-penagihan atau koleksi memang kebanyakan laki-laki. Tapi saya rasa enggak ada hambatan sebenarnya. Kan debitur walau marah-marah, mereka juga bisa diajak komunikasi, dicarikan solusi. Kalau sudah diberikan jalan keluar, direstrukturisasi, dibantu tapi tetap tidak bisa selesai, yah kita bisa pakai jalur lelang atau pengadilan hingga kejaksaan. Kita melalui berbagai macam cara untuk penyelesaian kredit kita. 

Bagaimana suka duka ketika sudah berada di posisi puncak, menjadi direksi perempuan satu-satunya di BTN saat ini?

Kalau di BUMN, khususnya keuangan perbankan, rasanya tidak ada hambatan perempuan untuk berkarier. Kita diberikan kesempatan yang sama. Justru bapak menteri yang sekarang (Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir) memberi tantangan ke kita, ayo perempuan-perempuan BUMN ini, Srikandi-Srikandi BUMN kalau istilah kita, diberi kesempatan untuk berkarier dengan maksimal di BUMN. 

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan, Antara Perasaan dan Pikiran

Memang kalau di sektor keuangan BUMN, cukup banyak perempuannya. Kalau saya pribadi, dan saya yakin yang lain juga, tidak merasakan tidak diberi kesempatan. Kalau memang berprestasi dan berkualitas, yah bisa untuk menduduki jabatan di level-level tinggi di perbankan, keuangan atau sektor BUMN lainnya.

Kita di Srikandi BUMN memang benar-benar fokus dan memperhatikan kualitas dari srikandi-srikandinya. Diberikan pelatihan dan training-training di level bawahnya juga. Kita persiapkan memang regenerasi dari Srikandi-Srikandi BUMN ini. 

Bagaimana cara menjalankan the power of female saat menjadi pemimpin perempuan?

Intinya satu buat saya, perempuan atau laki-laki harus berkualitas. Saya sampaikan ke teman-teman Srikandi BUMN bahwa kita dalam pekerjaan harus bisa meningkatkan kualitas dan kompetensi, ini adalah wajib.

Selain itu, kita juga diberikan berkah yang berbeda dengan kaum laki-laki. Kita ini kan multitasking. Kita di rumah sebagai ibu, istri, kita juga kerja, kita sudah terbiasa. Dari anak-anak saya kecil sampai mereka besar saya terbiasa melakukan itu. Karena kodratnya wanita itu feminin. 

Ciri-ciri feminin itu kan merawat, mengayomi, melindungi. Itu value yang sebenarnya dibutuhkan dalam pekerjaan kita. Makanya terkadang kalau ada yang berpendapat bahwa perempuan lebih teliti, lebih governance, karena kita di keluarga sudah terbiasa dengan itu. Itu merupakan bekal lebih bagi perempuan karena sudah terbiasa multitasking

Pemimpin yang laki-laki pun juga harus memiliki jiwa yang feminin juga. Tapi kalau untuk jadi pemimpin, tidak hanya feminin. Kita walaupun perempuan juga harus punya sisi maskulin. Yaitu tegas, bertanggung jawab, memberi arahan. Kita kalau jadi leader harus bisa memainkan sisi feminin maupun maskulin. Baru kita bisa bersaing menjadi leader.  

Dalam perjalanan karier di sektor perbankan hingga menjadi Direktur Assets Management BTN, apa pencapaian yang paling berpengaruh?

Kita kalau di perbankan atau BUMN itu kan kita diberi amanah untuk BTN ini bisa berkontribusi laba. Kontribusi laba itu salah satunya adalah dari asset management. Kita juga memastikan bagaimana aset-aset BTN ini kualitasnya baik. Karena begitu kualitasnya jelek, itu jadi kerugian buat bank. 

Baca Juga: Lowongan Kerja Gaji Besar Bank BTN untuk S1-S2, Ini Syarat dan Cara Mendaftarnya!

Kita mendapatkan tugas dari pemerintah tahun ini harus memberikan kredit 3.000 unit perumahan kepada masyarakat. Kita merupakan bank pemerintah yang memang ditugaskan untuk itu. Ini harus bagus kualitasnya. Saya me-manage supaya debitur-debitur ini membayar. 

Selain itu, program kita di asset management ada namanya Assets Sales. Kita kemarin hampir dapat 2 triliun (rupiah) lebih. Kita juga lelang-lelang. Itu merupakan pencapaian yang luar biasa di tengah-tengah Covid-19 kemarin bisa menjual 2 triliun (rupiah) lebih. 

Ibu Novie menjadi inspirasi dan role model bagi banyak perempuan. Tapi siapa role model seorang Elisabeth Novie Riswanti?

Kalau perempuan sukses di pekerjaannya, tapi juga sukses di keluarganya, itu luar biasa karena bukanlah hal yang mudah. Role model yang baik contoh Ibu Sri Mulyani, Ibu Retno (Marsudi), saya salut. Menteri-menteri perempuan kita itu saya lihat kehidupan keluarganya juga sangat dekat walau memang tidak mudah. 

Di BTN juga banyak perempuan yang susah berkarier. Pada saat awal rekrutmen, pasti lebih pinter anak-anak perempuan. Tapi begitu ke sini, eksisnya (karyawan perempuan) berkurang dengan berbagai alasan. 

Misal yang lain mau lembur, yang perempuan maunya cepat pulang mengurus keluarga. Yang laki-laki mau ditempatkan di tempat yang jauh, yang perempuan ada saja alasannya. Yah itu tantangan. Jadi kalau ada yang bisa sukses sampai di atas dengan karier yang oke dan keluarganya juga baik-baik saja, kalau menurut saya itu sangat menginspirasi.  

Karena saya sendiri juga merasakan bahwa ini bukan hal yang mudah, tapi bukan hal yang tidak bisa dijalankan.

Bisa menyeimbangkan karier dengan keluarga adalah hal yang luar biasa. Bagaimana membagi waktu dengan keluarga?

Ada namanya ilmu “Kini Disini”. Saya kalau di rumah tidak pernah memikirkan pekerjaan. Saya tidak selalu bisa seperti itu, tapi itu kondisi yang selalu saya upayakan dari dulu. 

Baca Juga: Viral di TikTok Tips Menyeimbangkan Karier dan Pendidikan ala Prilly Latuconsina

Kalau saya sedang kerja, saya fokus pekerjaan. Berusaha untuk tidak terpengaruh keadaan di rumah. Tapi begitu di rumah, saya juga fokus di rumah. 

Misalnya saya sedang bersepeda, atau saya sedang naik gunung, ya sudah kalaupun ada pekerjaan tidak saya pikirkan. Saya gowes yah fokus, saya naik (gunung) Lawu, yah fokus. Jadi “Kini Disini”. 

Itu memang butuh latihan. Karena saya sudah terbiasa seperti itu, lama-lama anak-anak juga akan tahu kalau saya sedang kerja, jika bukan hal penting tidak akan menelpon. Itu semua komitmen.

Di balik kesibukan membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga, masih punya waktu untuk diri sendiri? Apa me time versi Ibu Novie?

Saya ini senang olahraga dan seni. Saya sebenarnya lahir dari keluarga seni. Kalau orang kenal Ketoprak Sapta Mandala, ibu saya pemain wayang orang. Bapak saya keroncongan. Jadi saya suka menari dari kecil.

Tapi, dulu orang tua dulu bilang kalau nari untuk hobi saja, jangan untuk kerja. Jadi saya tidak ambil sekolah seni, dan akhirnya ambil Universita Gadjah Mada (UGM), tidak boleh ke ISI (Institut Seni Indonesia). Walau pada akhirnya tetap saya jalani.

Namun memang saya itu orangnya senang seni, menari, olahraga, sepedaan, naik gunung, nge-gym. Jadi me time saya yah olahraga sebenarnya. Awalnya saat Covid-19, mulai olahraga outdoor, ternyata senang.

Apakah masih ada mimpi yang ingin diraih?

Kalau untuk karier, saya rasa sudah cukup disyukuri. Dari saya lulus kuliah sampai sekarang saya di BTN. Dari bawah, sampai sekarang menjadi direktur di BTN, menurut saya sudah sangat disyukuri. 

Baca Juga: Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan, Ini Mimpi Perempuan Peneliti Dr. Widiastuti Setyaningsih

Hanya saja memang, karena dari dulu saya ini sering organisasi, saya merasa ada hal-hal yang belum bisa saya lakukan di lingkungan sekitar. Saya murni inginnya bisa berbuat hal yang lain. Bentuknya apa saya belum tahu, tapi bagi saya jadi orang itu hanya ada dua, yaitu jadi orang baik atau jadi orang bermanfaat. Bermanfaat untuk keluarga, lingkungan kerja, masyarakat. 

Menjadi orang bermanfaat dalam arti luas mungkin sudah, tapi saya merasa belum. Itu masih menjadi mimpi saya untuk bisa berbuat lebih banyak lagi. Tapi saya merasa kok pekerjaan terus, tidak pernah berbuat sesuatu yang lebih. 

Sempat terpikirkan kecil, karena saya senang menari, kalau pensiun saya mau buat pendopo dimana masyarakat saya ajarkan menari dan pentas kemana-mana secara gratis. Itu mimpi. 

Pesan untuk menggambarkan dan menyemangati perempuan Indonesia dalam meraih mimpinya?

Semua orang berhak untuk sukses, termasuk perempuan. kita Perempuan juga berhak untuk sukses. 

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Mengenal Elisabeth Novie Riswanti, Satu-Satunya Direktur Perempuan di BTN