Jadi untuk menyelidikinya, kamu dapat bertanya dalam hati dengan pertanyaan seperti "Mengapa saya merasa seperti ini?".
"Apakah ada kejadian yang terjadi sebelum emosi itu muncul yang mungkin memengaruhinya?".
"Apakah ada faktor fisiologis (seperti kurang tidur) yang memengaruhi emosi itu?" hingga "Apa yang benar-benar saya butuhkan saat ini?".
"Apakah ada tindakan yang dapat saya lakukan untuk memelihara dan mendukung diri saya (dan/atau orang lain) di masa sulit ini?".
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu kita menjalin hubungan yang lebih bijak dengan emosi dan pikiran.
Dengan proses penyelidikan ini, kita juga dapat memilih respons yang sadar untuk menumbuhkan kehidupan lebih bermakna.
Baca Juga: Manfaat Melukis bagi Kesehatan Mental, Kegiatan yang Viral di TikTok
Penyelidikan bahkan dapat menyelesaikan dan melarutkan emosi sepenuhnya pada saat-saat tertentu (meskipun itu bukan tujuannya).
4. Non-identifikasi (N)
Pada langkah “N”, kamu mengalihkan perhatian kamu ke kesadaran sederhana bahwa kamu bukanlah pikiran dan emosimu.
Kamu adalah kesadaran yang selalu ada di balik setiap pikiran, emosi, dan persepsi indra.
Tidak teridentifikasi berarti bahwa rasa tentang dirimu tidak menyatu atau didefinisikan oleh pikiran dan emosi kamu.
Hal ini menimbulkan rasa kebebasan dan kemudahan yang alami.
Selain itu, tidak teridentifikasi juga memberikan rasa damai di tengah semua itu.
Tidak peduli seberapa intens dan menyakitkan badai emosi, selalu ada bagian dari diri kamu yang tenang, hening, dan tak tersentuh.
(*)
Ken Devina