Kaitan antara Gang Rape dan Toxic Masculinity yang Merugikan Perempuan

Arintha Widya - Kamis, 19 September 2024
Gang rape dan kaitannya dengan toxic masculinity yang merugikan perempuan.
Gang rape dan kaitannya dengan toxic masculinity yang merugikan perempuan. okanmetin

Baca Juga: Memahami Gentingnya Fenomena Molka di Korea Usai Dugaan Kejahatan Seksual Taeil Eks NCT

Gang rape sering terjadi dalam konteks tekanan teman sebaya dan solidaritas kelompok.

Nur Aisyah (2022) menjelaskan bahwa solidaritas di antara anggota kelompok dapat memaksa mereka untuk ikut serta dalam kekerasan, meskipun awalnya tidak berencana melakukannya.

Dalam budaya yang mendorong maskulinitas beracun, laki-laki diajarkan untuk selalu menjadi dominan dan "pemenang" dalam segala hal, termasuk dalam kekerasan.

Ketakutan akan dianggap "pengecut" jika menolak untuk ikut dalam pemerkosaan berkelompok sering kali menjadi motivasi kuat bagi para pelaku.

Konsekuensi dari gang rape ini sangat merugikan perempuan, yang tidak hanya mengalami kekerasan fisik tetapi juga trauma psikologis yang mendalam.

Pelaku sering kali tidak peduli dengan penderitaan korban, lebih fokus pada reputasi mereka sebagai laki-laki dominan di hadapan anggota kelompok lain.

Hal ini memperkuat konsep maskulinitas hegemonik yang menempatkan dominasi atas perempuan sebagai inti dari identitas maskulin mereka.

Efek Bystander dan Kurangnya Empati

Sikap tidak berperikemanusiaan atau "bystander effect" juga muncul dalam kasus gang rape.

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

3 Tips Manfaatkan Uang Pesangon PHK Jadi Modal untuk Wirausaha