Baca Juga: Memahami Gentingnya Fenomena Molka di Korea Usai Dugaan Kejahatan Seksual Taeil Eks NCT
Gang rape sering terjadi dalam konteks tekanan teman sebaya dan solidaritas kelompok.
Nur Aisyah (2022) menjelaskan bahwa solidaritas di antara anggota kelompok dapat memaksa mereka untuk ikut serta dalam kekerasan, meskipun awalnya tidak berencana melakukannya.
Dalam budaya yang mendorong maskulinitas beracun, laki-laki diajarkan untuk selalu menjadi dominan dan "pemenang" dalam segala hal, termasuk dalam kekerasan.
Ketakutan akan dianggap "pengecut" jika menolak untuk ikut dalam pemerkosaan berkelompok sering kali menjadi motivasi kuat bagi para pelaku.
Konsekuensi dari gang rape ini sangat merugikan perempuan, yang tidak hanya mengalami kekerasan fisik tetapi juga trauma psikologis yang mendalam.
Pelaku sering kali tidak peduli dengan penderitaan korban, lebih fokus pada reputasi mereka sebagai laki-laki dominan di hadapan anggota kelompok lain.
Hal ini memperkuat konsep maskulinitas hegemonik yang menempatkan dominasi atas perempuan sebagai inti dari identitas maskulin mereka.
Efek Bystander dan Kurangnya Empati
Sikap tidak berperikemanusiaan atau "bystander effect" juga muncul dalam kasus gang rape.