Mengenali Trauma Bonding dalam Putus-Nyambung Hubungan P Diddy dan Sang Mantan

Arintha Widya - Selasa, 1 Oktober 2024
Trauma bonding dalam hubungan P Diddy dan Cassie yang putus nyambung selama 10 tahun.
Trauma bonding dalam hubungan P Diddy dan Cassie yang putus nyambung selama 10 tahun. Billboard.com

Parapuan.co - Kawan Puan, baru-baru ini viral di media sosial kasus P Diddy atau yang mempunyai nama asli Sean John Combs.

P Diddy terseret dalam kasus dugaan kejahatan seksual usai dilaporkan sang mantan kekasih, Cassie Ventura pada November 2023 lalu.

Dalam gugatannya, Cassie Ventura menuding P Diddy memperkosa dan melecehkannya selama keduanya menjalin hubungan asmara.

Dikutip dari Kompas.com, Cassie juga mengklaim bahwa P Diddy mengendalikannya setelah memperkenalkannya pada gaya hidup yang penuh dengan narkoba, yang membuatnya merasa puas dan patuh.

P Diddy dan Cassie Ventura sendiri disebut menjalin hubungan kasih selama sekitar 10 tahun.

Selama itu, keduanya sering putus nyambung. Buntutnya, Cassie melaporkan P Diddy atas berbagai dugaan kekerasan seksual, baik terhadapnya maupun orang lain.

Terlepas dari kasus yang menimpa P Diddy, rapper sekaligus pengusaha ini dilaporkan telah melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan yang pernah menjadi kekasihnya.

Keterikatan antara Cassie dengan P Diddy sebagai korban dan pelaku kekerasan memiliki istilah, yaitu trauma bonding. Apa itu?

Berikut ini penjelasan tentang apa itu trauma bonding, penyebab, hingga tanda-tanda perempuan mengalaminya sebagaimana merangkum Psychology Today!

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Bisa Sebabkan Trauma Bonding, Apa itu?

Apa Itu Trauma Bonding?

Trauma bonding merupakan ikatan emosional yang terbentuk dalam hubungan yang penuh kekerasan, khususnya ikatan yang dirasakan korban terhadap pelaku.

Trauma bonding dalam sebuah hubungan melibatkan kekerasan, yang mungkin didasarkan pada taktik seperti ancaman bahaya, manipulasi, kontrol, mempermalukan, gaslighting, dan sabotase, yang dicampur dengan momen-momen tenang dan sesekali penuh perhatian.

Pola naik turun ini meningkatkan keterikatan yang tidak sehat pada korban terhadap pelaku, yang membantu mempertahankan hubungan tersebut.

Tanda-Tanda Trauma Bonding

Seperti diduga dialami Cassie mantan kekasih P Diddy, berikut ini tanda-tanda perempuan terikat dalam trauma hubungan atau trauma bonding:

1. Kamu menyadari tidak menyukai orang tersebut. Misalnya, merasa marah terhadap mereka tetapi tahu bahwa tidak aman untuk mengungkapkan perasaanmu.

Barangkali, kamu mengalami reaksi fisik saat berada di dekat orang itu atau saat mereka menyentuhmu.

2. Hubunganmu dengannya dibangun di atas rasa bersalah dan malu. Orang yang kasar memanfaatkan ketakutan dan rasa bersalahmu.

Baca Juga: Mengatasi Trauma Bonding, Kondisi yang Banyak Dialami Korban Kekerasan pada Perempuan

Jika kamu berbicara untuk menyampaikan kebutuhan dan harapanmu, orang itu bilang kamu egois dan banyak menuntut.

3. Kamu tidak yakin bisa meninggalkannya dan hubungan kalian, jika kekerasan semakin sering terjadi.

Semakin lama kamu bersama orang yang kasar, perilaku kekerasan yang dilakukannya menjadi sesuatu yang dianggap normal.

4. Kamu dibombardir dengan cinta dan kasih sayang, tapi kemudian diremehkan. Ada siklus tarik ulur dalam ikatan hubungan toksik semacam ini.

Akibatnya, kamu jadi berubah dari seseorang yang dianggap "tidak pernah salah" menjadi seseorang yang "tidak bisa melakukan apa pun dengan benar".

5. Kamu merasa selalu khawatir dan waspada, takut disakiti jika apa yang kamu lakukan salah di matanya.

Mengapa Seseorang Bertahan dalam Hubungan dengan Trauma Bonding?

Sebagian orang yang berada dalam trauma bonding mungkin merasa tidak bisa meninggalkan hubungan, dan beberapa boleh jadi menyadari bahwa mereka memilih pasangan yang kasar berulang kali.

Salah satu alasan mengapa begitu sulit bagi individu untuk pergi adalah karena adanya penguatan yang bersifat intermiten.

Baca Juga: Lesti Kejora Maafkan Rizky Billar Usai KDRT Mungkin karena Trauma Bonding, Apa Itu?

Siklus trauma bonding mencakup kekerasan yang berulang dengan momen-momen sesekali di mana mereka merasa "dicintai" atau "diselamatkan".

Otak seseorang bisa saja melekat pada pengalaman positif dari perasaan lega dan aman tersebut, dan berusaha mencapainya kembali selama siklus kekerasan berikutnya.

Tujuh Tahap dalam Siklus Trauma Bonding

1. Love bombing, yaitu ketika pelaku kekerasan memborbardir korban dengan cinta dan kasih sayang.

2. Mendapatkan kepercayaan dari korban.

3. Mulai mengkritik korban.

4. Memanipulasi.

5. Penyerahan diri, ketika korban merasa pasrah.

6. Kesedihan.

Baca Juga: KDRT Lesti Kejora Mungkin Terkait dengan Sindrom Stockholm, Apa Itu?

7. Repitisi atau pengulangan.

Cara Mengakhiri Trauma Bonding

Lantas, bagaimana mengakhiri trauma bonding dan sembuh dari hubungan yang toksik, termasuk bisa meninggalkan pasangan yang melakukan kekerasan?

Trauma bonding dapat merusak kesehatan mental, emosional, dan fisik seseorang secara signifikan.

Siklus penguatan positif dan negatif yang intermiten membuat individu sangat sulit untuk melepaskan diri dari hubungan.

Oleh karena itu, penyembuhan dari trauma bonding memerlukan pendekatan intervensi yang komprehensif dari ahli, psikolog, terapis, atau profesional lain di bidangnya.

Ahli terapi dapat mengedukasi pasien tentang bagaimana trauma bonding terbentuk dan dipertahankan, serta membantu pasien menetapkan rencana keselamatan, membangun kemandirian, menetapkan batasan yang tegas, dan meningkatkan otonomi mereka sehingga bisa sembuh secara perlahan.

Apabila Kawan Puan merasa sedang menjalani trauma bonding? Jika iya, segeralah temui ahli, hubungi keluargamu, dan mulai jaga jarak dari pasangan.

Baca Juga: Korban KDRT Tidak Bisa Meninggalkan Pelaku? Bisa Jadi Alami Stockholm Syndrome

(*)

Sumber: Kompas.com,Psychology Today
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Stylish Tanpa Ribet, Ini Tips Gaya Santai untuk CFD-an Akhir Pekan