Parapuan.co - Kawan Puan, setiap pelaku bisnis berskala besar maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu memahami mengenai transaksi reversal dan refund.
Transaksi reversal dan refund sama-sama berhubungan dengan pengembalian dana, tetapi berbeda dalam proses dan risikonya bagi bisnis.
Terutama untuk reversal atau refund yang melibatkan transaksi digital atau pembayaran elektronik.
Berikut penjelasan lengkap mengenai perbedaan reversal dan refund, risiko yang dihadapi, serta dampaknya terhadap usaha seperti merangkum Gramedia via Kompas.com!
Apa Itu Transaksi Reversal?
Reversal atau pembatalan transaksi adalah proses pembatalan transaksi sebelum dana benar-benar diterima oleh penjual.
Reversal terjadi jika ada kesalahan teknis, deteksi aktivitas penipuan, atau informasi pembayaran yang salah.
Dalam transaksi digital atau kartu kredit, reversal biasanya terjadi selama atau segera setelah transaksi.
Risiko Transaksi Reversal untuk Bisnis
Baca Juga: Pertumbuhan Bisnis UMKM di Indonesia 2024 Alami Peningkatan, Seperti Apa Trennya?
1. Kehilangan Penjualan
Ketika transaksi dibatalkan, pendapatan yang diharapkan penjual atau pelaku bisnis pun hilang.
Dalam beberapa kasus, pelanggan bisa batal melanjutkan pembelian setelah reversal, menghilangkan peluang penjualan.
2. Risiko Penipuan
Reversal bisa terjadi karena adanya deteksi aktivitas penipuan, seperti penggunaan kartu kredit curian.
Ini menjadi tantangan bagi bisnis online, yang rentan terhadap kejahatan siber dan bisa merusak kepercayaan pelanggan.
3. Dampak pada Reputasi
Jika terlalu sering terjadi reversal, khususnya akibat kesalahan sistem pembayaran, pelanggan bisa merasa tidak aman untuk bertransaksi dengan bisnis tersebut.
Dampaknya, loyalitas pelanggan dan reputasi jangka panjang bisnis pun bisa terancam.
Baca Juga: Jalankan Ide Usaha, Lakukan Ini untuk Jaga Reputasi Bisnis secara Online
Apa Itu Refund atau Pengembalian Dana?
Refund adalah proses pengembalian dana kepada pelanggan setelah transaksi selesai.
Biasanya, refund dilakukan ketika pelanggan mengajukan klaim atas barang yang rusak, tidak sesuai dengan deskripsi, atau layanan yang tidak memuaskan.
Pengajuan ini dilakukan setelah dana dari transaksi sudah diterima oleh penjual, dan jika disetujui, penjual akan mengembalikan dana sesuai dengan metode pembayaran yang digunakan pada transaksi awal.
Refund sering kali melibatkan komunikasi dan negosiasi antara penjual dan pembeli untuk memahami alasan pengajuan secara jelas, dan memastikan sesuai dengan kebijakan pengembalian yang ditetapkan.
Risiko Refund untuk Bisnis
1. Kerugian Finansial
Refund mengharuskan bisnis untuk mengembalikan dana yang sudah diterima, meskipun biaya produksi atau penyediaan layanan telah dikeluarkan.
Jika sebagai bentuk tanggung jawab penjual perlu mengganti produk yang dikembalikan, hal ini akan memperbesar kerugian finansial.
Baca Juga: Jalankan Ide Usaha sebagai Reseller, Begini Strategi agar Tidak Rugi
2. Pengaruh pada Reputasi
Tingginya tingkat refund bisa mengindikasikan masalah pada kualitas produk atau layanan, yang bisa merusak kepercayaan pelanggan dan mempengaruhi citra perusahaan di mata publik.
3. Potensi Penyalahgunaan
Ada risiko beberapa pelanggan yang tidak bijak memanfaatkan kebijakan refund, seperti meminta refund setelah menggunakan produk atau menikmati layanan.
4. Biaya Operasional
Proses refund memerlukan waktu dan sumber daya, terutama jika jumlahnya tinggi, sehingga bisa menambah beban operasional bisnis.
Mana yang Lebih Berbahaya bagi Bisnis: Refund atau Reversal?
Meski sama-sama berdampak negatif, refund dan reversal berpotensi merugikan jenis bisnis yang berbeda. Berikut rinciannya:
- Refund lebih berbahaya bagi bisnis yang memiliki produk fisik, seperti barang yang harus diproduksi, dikirim, dan dikelola.
Pengembalian dana yang berulang kali bisa merusak margin keuntungan serta menunjukkan adanya masalah kualitas.
- Reversal lebih merugikan bagi bisnis yang berfokus pada layanan digital atau transaksi online.
Risiko penipuan atau kegagalan sistem pembayaran bisa merusak kepercayaan pelanggan pada keamanan transaksi di platform tersebut.
Baca Juga: 3 Tantangan Transaksi Pakai QRIS yang Bikin Was-was Pelaku Ide Usaha
(*)