Suami Malahayati, Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief yang juga Kepala Pengawal Sultan memimpin pertempuran.
Puluhan kapal kayu Kesultanan Aceh berusaha mencegat kapal-kapal perang Portugis.
Armada perang Kesultanan Aceh mampu memukul mundur Portugis, namun sayang suami Malahayati gugur dalam pertempuran tersebut.
Tidak terima dengan kematian sang suami, Malahayati berjanji untuk menuntut balas dan meneruskan perjuangan Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief.
Posisi mendiang Laksamana Tuanku Mahmuddin kemudian digantikan oleh Malahayati.
Dikutip dari buku Perempuan Keumala lewat laman Indonesia.go, Malahayati diberi pangkat laksamana oleh Sultan Riayat Syah.
Ia pun menjadi perempuan pertama di dunia kala itu yang mendapatkan pangkat laksamana.
Membangun Armada Tempur Laut yang Seluruh Prajuritnya Perempuan
Bukan hanya melawan penjajah, Malahayati juga membangun sebuah armada tempur laut yang seluruh prajuritnya adalah perempuan.
Ia menamakan pasukan ini dengan Inong Balee atau prajurit perempuan yang berstatus janda.