Baca Juga: Diskusi Komnas Perempuan: Mengenal Apa Itu Kepahlawanan di Mata Perempuan
Jumlah prajurit Inong Balee ini pun tak main-main, mencapai 2.000 orang.
Mereka seluruhnya adalah para janda dari prajurit yang gugur kala bertempur melawan Portugis.
Berbekal kemampuan yang didapat ketika menimba ilmu di Mahad Baitul Maqdis, Malahayati melatih Inong Balee menjadi pasukan tempur yang disegani.
Sultan Aceh kemudian mendaulatnya sebagai panglima armada laut alias laksamana dan merupakan perempuan pertama di dunia yang menyandang jabatan itu.
Sultan juga membekali pasukan Inong Balee dengan 100 unit kapal perang ukuran besar berkapasitas masing-masing 400 pasukan.
Pasukan Inong Balee mulai dilibatkan dalam beberapa peperangan melawan Portugis dan Belanda.
Wilayah pertempuran mereka tidak hanya sebatas di perairan Selat Malaka saja, namun juga sampai ke pantai timur Sumatra dan Malaya.
Pada 21 Juni 1599, dua kapal Belanda yakni de Leeuw dan de Leeuwin yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan adiknya, Frederik de Houtman, mendarat di pelabuhan Aceh Besar dengan tujuan berburu rempah-rempah.
Karena Cornelis de Houtman bertindak tidak sopan dan melontarkan serangan, Sultan memerintahkan Malahayati mengusir dua kapal Belanda tersebut.
Baca Juga: Hari Pahlawan, Film Ini Angkat Isu Tentang Perjuangan Pahlawan Perempuan Indonesia
Setelah terlibat pertempuran sengit, Cornelis de Houtman terbunuh pada 11 September 1599, sedangkan Frederik de Houtman ditangkap dan dipenjara.
Cornelis de Houtman dibunuh oleh Laksamana Malahayati dalam duel satu lawan satu di atas kapal musuh, menggunakan rencongnya.
Berpulangnya Laksamana Malahayati
Perjuangan Laksamana Malahayati untuk menaklukan Portugis di Malaka berlanjut hingga tahun 1606.
Sayangnya, Laksamana Malahayati berpulang setelah memimpin Inong Balee melawan Portugis di Teluk Krueng Raya, perairan Selat Malaka pada 1615.
Jasad Laksamana Malahayati kemudian dimakamkan di sebuah bukin di Desa Lamreh, Kecamatan Majid Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Presiden Joko Widodo menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 2017 melalui Keputusan Presiden RI nomor 115/TK/Tahun 2017.
Namanya juga diabadikan pada salah satu kapal perang TNI-Angkatan Laut dan menjadi nama sebuah pelabuhan di Desa Lamreh, Krueng Raya, Aceh.
(*)