Parapuan.co - Kesetaraan gender sering kali dipandang sebagai masalah yang hanya berdampak pada perempuan. Namun pada kenyataannya, kesetaraan ini memberikan manfaat besar bagi semua pihak, termasuk laki-laki.
Dunia yang lebih setara adalah dunia di mana setiap individu, terlepas dari jenis kelamin, dapat menjalani hidup mereka dengan kebebasan dan kesempatan yang sama. Termasuk mewujudkan potensi mereka tanpa batasan yang diberlakukan oleh norma sosial atau budaya tertentu.
Selama ini, banyak orang melihat kesetaraan gender sebagai perjuangan yang hanya berkaitan dengan hak-hak perempuan.
Padahal, kesetaraan gender juga memberikan keuntungan yang besar bagi laki-laki.
Ketika kita membahas tentang dunia yang lebih setara, kita berbicara tentang ruang di mana laki-laki dapat lebih bebas mengekspresikan diri mereka tanpa terjebak dalam stereotip maskulinitas yang kaku, serta dapat menjalani hidup mereka dengan cara yang lebih sehat dan lebih memuaskan.
Sebuah dunia yang lebih setara adalah dunia yang memberi manfaat bagi setiap individu, tidak peduli jenis kelamin atau latar belakang mereka.
Norma Sosial Patriarki yang Merugikan Semua Pihak
Melansir dari unwomen.org, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam mencapai kesetaraan gender adalah norma sosial patriarki yang mengakar kuat dalam masyarakat.
Norma ini menempatkan laki-laki pada posisi dominan, sementara perempuan dianggap berada dalam posisi subordinat.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Kebijakan Responsif Gender dan Pemenuhan Hak Perempuan
Seiring berjalannya waktu, norma patriarki ini menyebar luas dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga kehidupan pribadi.
Namun, pengaruh norma ini tidak hanya merugikan perempuan, laki-laki pun tak luput dari dampaknya.
Laki-laki sering kali dihadapkan pada ekspektasi sosial yang mengharuskan mereka untuk selalu menunjukkan kekuatan dan ketangguhan, serta menahan emosi mereka.
Hal ini menyebabkan banyak laki-laki merasa tertekan untuk memenuhi standar yang tidak realistis ini, sehingga mereka tidak dapat mengekspresikan perasaan atau kebutuhan emosional mereka dengan bebas.
Tekanan sosial ini mengarah pada berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan masalah fisik yang serius.
Faktanya, lebih cenderung mengalami stres dan masalah psikologis yang mengarah pada tingginya angka bunuh diri di kalangan laki-laki dibandingkan perempuan.
Norma patriarki juga membatasi peran laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Laki-laki sering kali dipandang tidak sesuai atau "kurang maskulin" jika terlibat dalam pekerjaan rumah tangga atau berbagi tugas pengasuhan anak.
Baca Juga: Mengapa Perempuan Sekarang Tak Lagi Bergantung pada Pasangan?
Padahal, pembagian tugas yang adil di rumah dapat menciptakan suasana yang lebih harmonis dan seimbang bagi seluruh anggota keluarga, baik laki-laki maupun perempuan.
Sayangnya, norma-norma sosial ini menghambat laki-laki untuk terlibat secara penuh dalam aspek-aspek kehidupan yang sangat penting tersebut.
Laki-Laki sebagai Sekutu: Mengapa Mereka Harus Terlibat?
Inilah mengapa penting bagi laki-laki untuk menjadi sekutu perempuan dalam perjuangan kesetaraan gender.
Kesetaraan gender bukan hanya tentang memperjuangkan hak-hak perempuan, tetapi juga tentang menciptakan dunia yang lebih sehat dan adil untuk semua orang, tanpa memandang jenis kelamin.
Laki-laki memiliki peran penting dalam mendukung perubahan ini dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, baik di rumah, tempat kerja, maupun dalam kehidupan sosial.
Salah satu cara bagi laki-laki untuk terlibat adalah dengan mendukung gerakan-gerakan yang bertujuan untuk menghapuskan diskriminasi berbasis gender.
Gerakan HeForShe, yang dipelopori oleh UN Women, adalah salah satu contoh inisiatif yang melibatkan laki-laki sebagai sekutu dalam perjuangan kesetaraan gender.
HeForShe menekankan pentingnya transformasi maskulinitas patriarki, yaitu mengubah cara laki-laki memandang peran mereka dalam masyarakat dan bagaimana mereka berperilaku.
Baca Juga: Perlunya Kolaborasi untuk Inklusivitas yang Responsif Gender dan Ramah Anak
Gerakan ini mendorong laki-laki untuk menantang norma-norma sosial yang menempatkan mereka pada posisi dominan, serta untuk menghargai dan menghormati perempuan dalam segala hal.
Dengan menjadi sekutu dalam gerakan ini, laki-laki tidak hanya membantu perempuan untuk mendapatkan hak-hak mereka, tetapi juga membantu diri mereka sendiri untuk hidup lebih bebas dan lebih sehat.
Mendukung Perubahan: Peran Laki-Laki dalam Mewujudkan Kesetaraan
Laki-laki dapat memainkan peran besar dalam mendukung perubahan sosial dan membongkar norma-norma patriarki yang merugikan.
Di rumah, laki-laki bisa mulai dengan berbagi tugas rumah tangga dan pengasuhan anak secara adil, tanpa merasa terjebak dalam anggapan bahwa hanya perempuan yang harus melakukannya.
Di tempat kerja, mereka dapat mendukung kebijakan yang inklusif gender dan menantang diskriminasi berbasis gender.
Laki-laki juga dapat secara aktif menanggapi perilaku seksis atau misoginis yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan tidak takut untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap ketidakadilan gender.
Selain itu, laki-laki juga bisa mempromosikan pandangan yang lebih sehat tentang maskulinitas.
Maskulinitas yang sehat bukanlah maskulinitas yang keras, dominan, atau penuh kekuasaan, melainkan maskulinitas yang mengutamakan empati, perhatian, dan keberanian untuk menunjukkan kerentanan.
Baca Juga: Ini Pentingnya Kepemimpinan Perempuan dalam Keberlanjutan Ekonomi Lintas Sektor
Dengan merangkul kerentanan dan menghargai emosi, laki-laki dapat menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan mendukung bagi semua orang, tanpa terikat oleh ekspektasi sosial yang membatasi mereka.
Ini adalah langkah penting menuju kesetaraan, karena dengan menantang norma patriarki yang ada, laki-laki dapat memperkaya kehidupan mereka dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Mengapa Semua Ini Menguntungkan bagi Laki-Laki?
Sebagai sekutu perempuan, laki-laki tidak hanya memberikan dampak positif bagi perempuan, tetapi juga mendapatkan manfaat besar bagi diri mereka sendiri.
Dengan menghapuskan norma-norma patriarki yang mengekang, laki-laki dapat memiliki kebebasan lebih untuk mengeksplorasi potensi diri mereka, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Mereka juga dapat menikmati hubungan yang lebih sehat, egaliter, dan penuh kasih sayang, baik dengan pasangan, keluarga, maupun teman-teman mereka.
Kesetaraan gender membuka jalan bagi dunia yang lebih adil dan lebih sehat, di mana semua orang dapat menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri tanpa terbelenggu oleh ekspektasi sosial yang tidak realistis.
Laki-laki yang menjadi sekutu dalam perjuangan ini tidak hanya membantu mengurangi ketidaksetaraan gender, tetapi juga menciptakan dunia yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan generasi mendatang.
(*)
Ken Devina