Sejak zaman perdagangan, orang kulit hitam dengan kulit terang sering kali mendapat perlakuan istimewa karena dianggap memiliki ciri khas Eropa atau lebih "mendekati" kulit putih.
Fenomena ini menciptakan hierarki sosial yang membedakan orang berdasarkan warna kulit mereka, dan dampaknya masih terasa hingga kini.
Colleen Campbell, seorang kandidat Ph.D. di bidang Sosiologi dan Studi Afrika di Universitas Princeton, menyebutkan bahwa dalam sejarahnya, orang berkulit hitam yang berkulit terang sering kali memperoleh peluang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berkulit gelap, bahkan dalam hal pendidikan dan pekerjaan.
Preferensi terhadap kulit terang tidak hanya berdampak pada kecantikan atau penilaian sosial, tetapi juga mempengaruhi banyak aspek kehidupan lainnya.
Orang kulit hitam sering kali menghadapi kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berkulit terang, bahkan dibandingkan dengan orang kulit putih.
Hal ini mempengaruhi pendapatan, kesehatan, dan status sosial mereka.
Bahkan menurut Campbell, kesenjangan antara orang kulit hitam berkulit terang dan gelap bisa lebih signifikan dibandingkan dengan kesenjangan antara orang kulit hitam dan kulit putih.
Selain itu, bias warna kulit juga dapat mempengaruhi mentalitas seseorang.
Pengalaman ditolak atau tidak diterima oleh masyarakat atau lingkungan sekitar secara berulang dapat membuat seseorang merasa kurang percaya diri.
Baca Juga: Mendobrak Hambatan, Ini Tantangan Perempuan di Bidang Keamanan dan Pertahanan