Baca Juga: Di Balik Panggung Politik: Kekerasan Menghantui Politisi Perempuan
Bahkan, kekerasan yang diterima korban dijadikan headline untuk menarik perhatian pembaca.
Contohnya saja dalam judul seperti "Perempuan Diker*y*k Belasan Pemuda, Dirudapaksa xxxxxx" atau "Seorang Wanita Ditemukan Tewas, Diduga Dicab*li sebelum Dibun*h".
Mengubah narasi pemberitaan kekerasan terhadap perempuan di media dapat dimulai dari informasi-informasi sederhana.
Misalnya saja ada sebuah media yang memberitakan perceraian di suatu daerah dengan judul "Angka Perceraian di Kota X Tinggi, Jumlah J*nda Bertambah".
Judul semacam itu perlu dihindari karena mendiskreditkan perempuan. Padahal, bukankah ketika ada perceraian angka duda juga ikut bertambah? Kenapa hanya janda yang jadi fokus?
Mestinya, memberitakan kasus seperti itu cukup dengan menyebut tingkat perceraian yang tinggi dan penyebabnya saja. Tidak perlu membawa-bawa soal gender.
Peran Media dalam Mengubah Narasi
Media memiliki peran penting dalam membentuk opini publik. Cara media menyampaikan berita kekerasan terhadap perempuan sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat.
Sayangnya, banyak media yang masih terjebak pada eksploitasi korban untuk menarik perhatian pembaca.