Marah ke Anak Hal yang Wajar, Begini Cara Agar Tidak Menyakiti Mereka

Arintha Widya - Senin, 20 Januari 2025
Cara mengatasi marah agar tidak melampiaskan ke anak sampai menyakiti mereka.
Cara mengatasi marah agar tidak melampiaskan ke anak sampai menyakiti mereka. Thai Liang Lim

Parapuan.co - Kawan Puan, setiap orang tua pasti pernah merasa marah kepada anak mereka. Marah itu emosi yang wajar dirasakan manusia.

Terkadang, kemarahan datang begitu cepat, terutama ketika tekanan hidup yang tak ada habisnya mulai menumpuk.

Di tengah stres ini, anak kita datang dengan berbagai alasan, seperti minta ditemani makan, kehilangan sepatu, tiba-tiba ingat harus membeli buku catatan baru untuk sekolah, dan sebagainya. Saat itulah kemarahan bisa meledak.

Namun, ketika kita tenang sejenak, kita tahu bahwa tantangan dalam mengasuh anak bisa dihadapi dengan lebih baik jika kita dalam keadaan tenang.

Sayangnya, di tengah amarah, kita merasa berhak atas perasaan tersebut. Bagaimana bisa anak kita begitu ceroboh, tidak pengertian, atau bahkan jahat?

Tapi, meskipun perilaku anak kita mungkin membuat kita kesal, sebenarnya bukan perilaku tersebut yang memicu reaksi marah kita.

Kita sering kali menghubungkan perilaku anak dengan kesimpulan-kesimpulan yang membuat kita merasa takut, cemas, atau bersalah—yang akhirnya mendorong kita untuk melampiaskan kemarahan.

Kita perlu menyadari bahwa perasaan marah yang kita rasakan sering kali berakar dari masa kecil kita sendiri.

Anak-anak kita memunculkan luka-luka lama yang tersembunyi dalam diri kita, dan reaksi kita terhadap mereka sering kali merupakan gambaran dari perasaan kita yang belum selesai pada masa lalu.

Baca Juga: Belajar Tenang dari Jennifer Bachdim, Akui Tak Pernah Marah pada Anak-anaknya

Inilah mengapa penting bagi kita sebagai orang dewasa untuk belajar mengendalikan amarah agar tidak merusak hubungan dengan anak.

Dan yang terpenting, kita tidak sampai melampiaskan kemarahan yang berujung menyakiti anak.

Mengapa Kita Bisa Begitu Marah pada Anak?

Melansir Psychology Today, ada berbagai alasan yang membuat kita merasa begitu marah kepada anak.

Anak-anak kita, secara tidak langsung, mengingatkan kita pada masa kecil kita, membawa kita pada perasaan yang kuat—baik itu ketakutan, kemarahan, atau kekecewaan yang belum kita selesaikan.

Psikolog menyebut fenomena ini sebagai "hantu di ruang bayi", yang berarti anak-anak kita memicu perasaan kuat masa kecil kita yang terkubur dalam diri, sehingga kita kerap kali merespons dengan mengulang pola lama yang tidak sehat.

Hal ini penting untuk diketahui, terutama saat kita berjuang mengatasi kemarahan, karena dengan pemahaman ini, kita dapat lebih termotivasi untuk mengendalikan diri.

Lebih dari itu, kita juga perlu tahu bahwa kemarahan orang tua bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak.

Dampak Kemarahan pada Anak

Baca Juga: Apa yang Sebaiknya Orang Tua Lakukan saat Anak Dimarahi Orang Lain? Ini Cara Menghadapinya

Bayangkan jika pasanganmu marah dan berteriak padamu, dan bayangkan mereka jauh lebih besar darimu.

Kamu sepenuhnya bergantung pada mereka untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan perlindungan. Mereka adalah sumber utama cinta dan rasa percaya diri, dan kamu tidak memiliki tempat lain untuk berpegang.

Perasaanmu tentu akan semakin intens. Itulah yang dirasakan anak ketika kamu memarahi mereka, yang menjadi pengalaman sangat menakutkan bagi mereka.

Kemarahan, baik itu berupa teriakan atau kekerasan fisik seperti memukul, dapat menyebabkan dampak negatif jangka panjang pada anak, mulai dari penurunan IQ hingga gangguan hubungan sosial dan kecenderungan pada penyalahgunaan zat.

Anak yang sering mengalami kemarahan orang tua, terutama kekerasan fisik, mungkin akan mengembangkan pertahanan terhadap perasaan tersebut, yang bisa membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh teman sebaya.

Cara Mengatasi Kemarahan agar Tidak Melampiaskan Pada Anak

Laura Markham, Ph.D., penulis buku "Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting" berbagi cara mengatasi kemarahan, antara lain:

1. Tentukan batasan sejak awal untuk menghindari frustrasi. Ketika anak berperilaku mengganggu, intervensi secara positif untuk mencegah perilaku tersebut berkembang.

2. Penting untuk menenangkan diri saat marah. Teknik seperti pernapasan dalam dapat membantu menenangkan emosi dan membuatmu lebih rasional dalam bertindak.

Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Orang Tua Hindari saat Belajar Mendisiplinkan Anak!

3. Jangan bertindak saat marah. Berikan dirimu waktu untuk tenang dan kembali ke situasi setelah emosi mereda.

Mengambil waktu sejenak menunjukkan kontrol diri dan memberi contoh pada anak.

4. Amarah mengandung pesan penting, namun bertindak berdasarkan amarah sering kali tidak konstruktif.

Setelah tenang, pertimbangkan apa yang perlu diperbaiki dalam hidup atau parenting-mu.

5. Menyampaikan amarah pada orang lain cenderung memperburuk hubungan dan memperpanjang ketegangan.

Lebih baik mengelola emosimu dan menyampaikan perasaan mendalam yang menyebabkan amarah.

6. Hindari memberikan hukuman saat marah. Ambil waktu untuk menenangkan diri dan diskusikan perilaku anak setelah merasa lebih tenang.

7. Hukuman fisik seperti memukul anak tidak hanya berdampak negatif pada perkembangan mereka, tetapi juga bisa memperburuk masalah di kemudian hari.

8. Ancaman yang diberikan saat marah tidak efektif dan merusak hubungan. Lebih baik beri waktu untuk berpikir sebelum memberikan respons.

Baca Juga: Selain Tenangkan Diri, Sikap Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua saat Kelepasan Memarahi Anak

9. Berbicara dengan tenang dapat menenangkan diri sendiri dan orang lain. Hindari kata-kata kasar yang hanya akan memperburuk situasi.

10. Jangan terjebak dalam amarah. Kenali emosi di bawah amarah dan terima perasaan tersebut untuk mengurangi kemarahan.

11. Ajak anak untuk membuat daftar cara mengelola amarah dan pasang di tempat yang mudah dilihat agar semua anggota keluarga dapat membacanya.

12. Fokus pada hal-hal penting dan jangan biarkan hal kecil merusak hubunganmu dengan anak.

Hubungan yang positif akan membuat anak lebih mudah mengikuti aturan.

13. Mengelola emosi sendiri adalah kunci. Jika kamu terus belajar mengelola amarah, hubungan dengan anak akan semakin baik.

14. Disiplin dengan emosi negatif cenderung memperburuk perilaku anak. Pendekatan yang lebih konstruktif akan membantu anak berkembang lebih baik.

15. Mencari bantuan untuk mengelola amarah bukanlah hal yang memalukan.

Menjaga diri agar tidak merugikan anak secara fisik atau psikologis adalah tanggung jawabmu sebagai orang tua.

Semoga informasi di atas bermanfaat, dan tetap semangat dalam mengasuh buah hati ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Mengelola Emosi dan Meminta Maaf kepada Anak: Tips untuk Orang Tua

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Ini Rekomendasi Skincare Lokal Berbasis Sains yang Harganya Terjangkau