Baca Juga: Selain Selalu Menuruti Anak, Ini Ciri-Ciri Pola Asuh Strawberry Parenting
Beberapa strategi yang ia sarankan meliputi:
1. Menentukan konsekuensi yang sesuai
Misalnya, daripada mengatakan "Kamu tidak mengerjakan PR, jadi kamu akan gagal," coba katakan, "Kamu tidak mengerjakan PR, jadi kamu harus menyelesaikannya sebelum waktu bermain."
2. Menerapkan pemecahan masalah bersama
Jika anak sering lupa membawa bekal, daripada terus membiarkannya kelaparan, ajak anak membuat daftar persiapan pagi hari untuk mengingat barang yang harus dibawa.
3. Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten
Anak akan lebih mudah memahami aturan jika batasannya konsisten dan sesuai dengan usianya.
4. Mengajak anak berpikir sebelum bertindak
Orang tua bisa bertanya, "Menurutmu, apa yang akan terjadi jika kamu melakukan ini? Apa alternatifnya?"
Baca Juga: Memicu Stres, 5 Tren Parenting Ini Diharapkan Berubah di Tahun 2025
Dr. Soles menambahkan bahwa konsekuensi logis yang dibarengi dengan empati juga sangat efektif. Misalnya, jika anak menumpahkan sesuatu, ajarkan mereka untuk membersihkannya sendiri.
Jika anak tidak bisa menggunakan mainan dengan benar, mereka mungkin kehilangan akses ke mainan tersebut sampai bisa menggunakannya dengan baik.
"Tidak ada strategi parenting yang akan efektif dalam jangka panjang tanpa membangun koneksi, rasa saling menghormati, dan kecerdasan emosional," tegas Dr. Soles.
Akankah Fafo Parenting Menjadi Tren?
Dengan semakin banyaknya orang tua yang mengadopsi metode ini dan membagikannya di media sosial, fafo parenting kemungkinan besar akan menjadi tren baru dalam dunia parenting.
Namun, seperti halnya setiap gaya pengasuhan, metode ini perlu diterapkan dengan bijak dan disesuaikan dengan karakter serta usia anak.
Mengkombinasikan fafo parenting dengan pendekatan yang penuh empati dan komunikasi yang baik akan membantu anak belajar dengan lebih efektif tanpa merasa ditinggalkan oleh orang tuanya.
Dengan pemahaman yang tepat dan penerapan yang bijak, fafo parenting bisa menjadi salah satu cara efektif untuk membangun kemandirian anak dan membantu mereka belajar dari pengalaman nyata tanpa tekanan berlebih dari orang tua.
Kawan Puan mau mencoba metode ini? Jika iya, kiranya metode ini lebih aman diterapkan pada anak di atas usia 5 tahun.
Baca Juga: Adakah Ilmu untuk Jadi Caregiver Lansia Sebanyak Teori Parenting Anak?
(*)