Mengenal Istilah Baru Pola Asuh Fafo Parenting, Akankah Jadi Tren?

Arintha Widya - Rabu, 19 Februari 2025
Apa itu fafo parenting?
Apa itu fafo parenting? MTStock Studio

Parapuan.co - Kawan Puan mungkin mengenal beberapa pola pengasuhan anak, mulai dari gentle parenting, helicopter parenting, attachment parenting, dan masih banyak lagi.

Belum lama ini, muncul istilah baru yang tengah ramai diperbincangkan, yaitu fafo parenting.

Istilah fafo merupakan singkatan dari "f*** around and find out" yang berarti membiarkan anak merasakan konsekuensi alami dari tindakan mereka tanpa terlalu banyak campur tangan.

Untuk tahu lebih banyak tentang fafo parenting, simak informasinya sebagaimana melansir Parents di bawah ini!

Apa Itu Fafo Parenting?

Fafo parenting pertama kali muncul dari African American Vernacular English (AAVE) lebih dari satu dekade lalu dan semakin populer belakangan ini.

Konsep ini memungkinkan anak untuk belajar dari pengalaman langsung tanpa intervensi berlebihan dari orang tua.

Misalnya, jika seorang anak menolak mengenakan jaket saat cuaca dingin, orang tua membiarkannya keluar tanpa jaket sehingga anak merasakan sendiri dinginnya udara dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan jaket.

Dalam podcast "Not Gonna Lie", Kylie Kelce membagikan pengalamannya tentang fafo parenting.

Baca Juga: Mompetition, Mengapa Ibu Saling Berkompetisi untuk Urusan Parenting?

Ia menceritakan bagaimana putrinya yang berusia tiga tahun menolak mengenakan jaket sebelum keluar rumah saat cuaca dingin.

Pada akhirnya, putrinya kembali masuk ke dalam rumah untuk mengenakan jaket setelah merasakan sendiri suhu yang tidak nyaman.

Pendekatan ini juga diterapkan oleh banyak orang tua lainnya, seperti seorang ibu di TikTok yang membiarkan anaknya kehujanan karena menolak mengenakan jas hujan.

Pengalaman ini membuat anak lebih memahami dampak dari keputusannya sendiri tanpa perlu paksaan dari orang tua.

Kapan Fafo Parenting Bisa Diterapkan?

Menurut Tamara Glen Soles, PhD, pendiri The Secure Child Centre for Families and Children, pendekatan ini bisa diterapkan ketika konsekuensi alami dari tindakan anak tidak membahayakan diri mereka atau orang lain.

"Jika seorang anak tidak makan, mereka akan merasa lapar. Itu mungkin tidak nyaman, tetapi untuk satu kali makan atau camilan, itu tidak berbahaya," jelas Dr. Soles.

Namun, ia juga menegaskan bahwa konsekuensi alami tidak dapat diterapkan pada situasi yang berbahaya, seperti ketika anak berlari ke jalan tanpa melihat atau menyakiti temannya.

Kelebihan dan Kekurangan Fafo Parenting

Baca Juga: Ini yang Dirasakan Anak Ketika Orang Tua Menerapkan Smart Parenting

Pendekatan ini memiliki sejumlah kelebihan, terutama dalam membantu anak memahami hubungan sebab akibat dan mengembangkan tanggung jawab.

Menurut Dr. Soles, membiarkan anak mengalami konsekuensi alami dapat membantu mereka berpikir kritis dan membuat keputusan sendiri tanpa selalu mengandalkan otoritas orang tua.

Namun, metode ini juga memiliki kelemahan jika tidak diterapkan dengan tepat.

Misalnya, jika orang tua menanggapi kesalahan anak dengan nada mengejek seperti "Tuh kan, Mama sudah bilang pakai jaket!" atau "Kamu pikir kamu lebih tahu?", maka hubungan antara orang tua dan anak bisa terganggu.

Anak mungkin akan lebih sulit menerima pelajaran yang ingin disampaikan.

Selain itu, tidak semua anak siap untuk menghadapi konsekuensi alami. "Anak yang masih sangat kecil mungkin belum memiliki kemampuan untuk berpikir ke depan dan mengendalikan impuls," kata Dr. Soles.

Bagaimana Menggunakan Fafo Parenting Secara Efektif?

Kimberly King, MSEd, seorang penulis dan pendidik parenting, menyarankan agar pendekatan ini diimbangi dengan koneksi emosional antara orang tua dan anak.

"Gabungkan konsekuensi dengan keterlibatan emosional. Pendekatan yang paling efektif adalah yang menyeimbangkan akuntabilitas dengan dukungan emosional," ujar King.

Baca Juga: Selain Selalu Menuruti Anak, Ini Ciri-Ciri Pola Asuh Strawberry Parenting

Beberapa strategi yang ia sarankan meliputi:

1. Menentukan konsekuensi yang sesuai

Misalnya, daripada mengatakan "Kamu tidak mengerjakan PR, jadi kamu akan gagal," coba katakan, "Kamu tidak mengerjakan PR, jadi kamu harus menyelesaikannya sebelum waktu bermain."

2. Menerapkan pemecahan masalah bersama

Jika anak sering lupa membawa bekal, daripada terus membiarkannya kelaparan, ajak anak membuat daftar persiapan pagi hari untuk mengingat barang yang harus dibawa.

3. Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten

Anak akan lebih mudah memahami aturan jika batasannya konsisten dan sesuai dengan usianya.

4. Mengajak anak berpikir sebelum bertindak

Orang tua bisa bertanya, "Menurutmu, apa yang akan terjadi jika kamu melakukan ini? Apa alternatifnya?"

Baca Juga: Memicu Stres, 5 Tren Parenting Ini Diharapkan Berubah di Tahun 2025

Dr. Soles menambahkan bahwa konsekuensi logis yang dibarengi dengan empati juga sangat efektif. Misalnya, jika anak menumpahkan sesuatu, ajarkan mereka untuk membersihkannya sendiri.

Jika anak tidak bisa menggunakan mainan dengan benar, mereka mungkin kehilangan akses ke mainan tersebut sampai bisa menggunakannya dengan baik.

"Tidak ada strategi parenting yang akan efektif dalam jangka panjang tanpa membangun koneksi, rasa saling menghormati, dan kecerdasan emosional," tegas Dr. Soles.

Akankah Fafo Parenting Menjadi Tren?

Dengan semakin banyaknya orang tua yang mengadopsi metode ini dan membagikannya di media sosial, fafo parenting kemungkinan besar akan menjadi tren baru dalam dunia parenting.

Namun, seperti halnya setiap gaya pengasuhan, metode ini perlu diterapkan dengan bijak dan disesuaikan dengan karakter serta usia anak.

Mengkombinasikan fafo parenting dengan pendekatan yang penuh empati dan komunikasi yang baik akan membantu anak belajar dengan lebih efektif tanpa merasa ditinggalkan oleh orang tuanya.

Dengan pemahaman yang tepat dan penerapan yang bijak, fafo parenting bisa menjadi salah satu cara efektif untuk membangun kemandirian anak dan membantu mereka belajar dari pengalaman nyata tanpa tekanan berlebih dari orang tua.

Kawan Puan mau mencoba metode ini? Jika iya, kiranya metode ini lebih aman diterapkan pada anak di atas usia 5 tahun.

Baca Juga: Adakah Ilmu untuk Jadi Caregiver Lansia Sebanyak Teori Parenting Anak?

(*)

Sumber: Parents
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Sekolah Bisa Persingkat Jam Belajar Siswa Selama Ramadan, Ini Aturannya