Tujuan Terkait

Cara Perempuan Mandiri Bangun Kembali Kesehatan Mental dan Emosional Setelah Perceraian

Arintha Widya - Senin, 24 Februari 2025
Perempuan mandiri ingin bangkit setelah bercerai? Ini caranya!
Perempuan mandiri ingin bangkit setelah bercerai? Ini caranya! Freepik

Berduka adalah langkah penting untuk memproses emosi yang muncul dan memahami makna dari peristiwa yang telah terjadi, termasuk pada perempuan mandiri.

"Tanpa waktu dan ruang untuk berduka, kita kehilangan kesempatan untuk memproses emosi yang kuat dan merangkai cerita yang masuk akal tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa terjadi selanjutnya," kata Magen.

Setiap orang memiliki cara dan waktu yang berbeda dalam memproses kesedihannya.

"Orang-orang membutuhkan waktu dari beberapa minggu hingga beberapa tahun untuk merasa telah menyelesaikan proses berdukanya. Tidak ada batas waktu yang 'benar', dan lebih cepat bukan berarti lebih baik," tambahnya.

2. Temukan Kembali Identitas Diri

Setelah sekian lama menjadi bagian dari pasangan, mungkin sulit untuk mengingat siapa dirimu sebagai individu.

Menurut psikoterapis integratif Jenny Mahlum, menemukan kembali jati diri sangat penting, meskipun bukan hal yang mudah. "Beralih dari 'kami' ke 'saya' bisa sangat membingungkan," katanya.

Salah satu cara perempuan berdaya untuk menemukannya adalah dengan mengeksplorasi kembali minat dan aktivitas yang pernah kamu nikmati sebelum menikah.

"Bayangkan kamu sedang berkencan dengan diri sendiri. Coba berbagai aktivitas untuk menemukan apa yang benar-benar kamu suka. Tanyakan pada diri sendiri, apakah sesuatu yang dulu kamu lakukan bersama pasangan benar-benar mencerminkan dirimu atau hanya bagian dari kebiasaan bersama?" saran Mahlum.

Sumber: Everyday Health
Penulis:
Editor: Arintha Widya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.



REKOMENDASI HARI INI

Menyoal Karya Band Sukatani, Apa yang Terjadi Ketika Kebebasan Berekspresi Dilarang?