Parapuan.co - Komikus perempuan kebanggaan Indonesia Alti Firmansyah membagikan sejumlah tips bagi mereka yang juga ingin menghasilkan uang dari menggambar komik.
Dalam wawancaranya dengan PARAPUAN via telepon pada Kamis (8/4/2021) malam, dia mengungkapkan ada lima hal yang harus diperhatikan jika ingin menjadi komikus sukses.
Pertama, tentunya harus punya banyak referensi menggambar.
Ini berkaca dari pengalaman pribadinya yang cenderung menyukai komik Jepang, sehingga punya lebih banyak referensi komik Jepang dibandingkan komik Amerika maupun lainnya.
Baca Juga: Komikus Alti Firmansyah, Buktikan Industri Komik Tidak Didominasi Pria
Alhasil ketika mendapat tawaran proyek menggarap komik bergaya Amerika, dirinya merasa sempat kewalahan.
“Karena referensi (komik Amerika) aku tidak banyak. Karena mahal, kan. Dulu, kalau mau mengikuti semua seri komiknya (Amerika) kan mahal sekali. Jadi, yang bisa kubeli (komik) Jepang,” ujar Alti.
Sayang, lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada 2005 ini tidak merinci lebih jauh tahun kapan tepatnya dia mengalami hal tersebut.
Walau lebih banyak merujuk pada komik Jepang untuk menjadi referensi menggambar komik, ibu satu anak ini mengaku memang lebih menggemari komik asal negeri Sakura.
Ini tak lepas dari jalan cerita komik Jepang yang menurutnya lebih seru dan menarik.
“Dan (aku) lebih terinspirasi komik Jepang,” kata Alti yang sudah berkecimpung di industri komik sejak 2012.
Baca Juga: Sudah Baca Buku Hari Ini? Ada 4 Manfaat yang Bisa Didapatkan!
Kembali ke soal referensi, dia menjelaskan bahwa komikus harus punya banyak referensi dalam menggambar komik supaya bisa menciptakan ilustrasi komik dengan beragam gaya.
Dengan demikian, komikus tersebut bisa mengerjakan berbagai proyek komik dengan tampilan yang berbeda-beda pula sehingga keterampilannya semakin terasah.
Kedua, untuk menjadi seorang komikus maupun melakoni profesi lain yang masih bergerak di bidang visual kreatif, individu harus aktif di media sosial.
Ini karena, berdasarkan pengalamannya sendiri, tawaran menggarap komik memang kebanyakan berasal dari Facebook, Twitter, maupun Instagram.
“Rata-rata (penerbit komik) mengontak aku via media sosial memang. Ada yang melihat (karyaku) di (akun) Facebook (milikku).
Tapi, karena Facebook-ku tidak terlalu aktif, mereka (penerbit komik) larinya ke Instagramku karena akunku memang aktif,” terang Alti.
Baca Juga: Manfaatkan Instagram untuk Menghasilkan Cuan dengan 3 Cara Ini!
Para penerbit komik tersebut, sambung dia, sering mengirimkan direct message atau pesan langsung ke akun Instagramnya.
Selain itu, ada pula yang mengirimkan pesan langsung ke akun Twitter perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat, 11 Januari 1983 ini.
Isi pesan-pesan langsung tersebut tentunya soal tawaran proyek menggarap komik.
“Jadi, (aku) dapat kerjaannya memang dari media sosial,” ucap Alti sambil terkekeh.
Karena itulah dia menilai bahwa komikus maupun pekerja visual kreatif lainnya harus aktif bermedia sosial supaya sering mendapat tawaran pekerjaan.
Tak hanya itu, sikap yang baik ketika berkomunikasi via media sosial pun tetap harus dijaga.
“(Kita harus) being responsive and being nice (bersikap responsif dan baik) kepada orang-orang yang menawarkan pekerjaan itu.
Baca Juga: Yuk Cari Tahu 4 Keterampilan Umum yang Wajib Dimiliki Agar Sukses Berkarier
Walau aku menolak (beberapa tawaran dari mereka), tapi cara penyampaiannya harus kita perhatikan (kesopanannya),” terang Alti.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa dirinya sekarang lebih selektif dalam memilih tawaran menggarap komik sejak punya anak.
Alti hanya mengambil tawaran proyek yang tenggat waktunya longgar dan tidak menuntutnya untuk mengerjakan banyak halaman komik.
Ini supaya dia tetap bisa mengasuh putranya yang baru berusia dua tahun.
Ketiga, komikus harus menjaga profesionalitas selama bekerja.
Menurut Alti, ini karena komikus memang pada praktiknya tidak bekerja sendirian.
“Itu kerja tim. (Dalam membuat komik) ada editor, ada writer (penulis), ada colorist (pemberi warna pada komik), dan lainnya. Begitu salah satu anggota tim tidak komunikatif, bisa kacau,” beber Alti.
Baca Juga: Awas! Ini 6 Ciri Pekerja yang Tidak Profesional dan Sering Ditemui
Dia memisalkan jika seorang anggota tim tidak mengabarkan kesulitan yang dialaminya kepada anggota tim lainnya, maka kerjaan anggota yang bersangkutan bisa berantakan.
Akibatnya, tak hanya berdampak buruk terhadap kinerja anggota tersebut tapi juga dapat memengaruhi kinerja seluruh tim.
“Itu akan membahayakan satu produksi komik. Jadi, harus jaga sikap (profesional),” ucap Alti, yang berkat profesionalitasnya berhasil berkolaborasi dengan penerbit komik Amerika Serikat (AS), Marvel.
Keempat, dirinya menyarankan agar orang-orang yang berangan menjadi komikus untuk banyak-banyak berlatih traditional drawing atau menggambar tradisional.
Maksudnya menggambar tradisional adalah menggambar di atas kertas dengan pensil, spidol, cat, maupun medium konvensional lainnya.
“Traditional drawing dulu dikuatkan. Belajar anatomi dulu, misalnya. (Pelajari) komposisi bidang juga. Jangan menggambar karakter (tokoh komik) melulu,” pesan Alti.
Baca Juga: Seni Sebagai Kegiatan Trauma Healing Bagi Anak-anak Pasca Bencana Alam
Ini lantaran seorang komikus tak bisa pilih-pilih tugas; mau menggambar karakter tokoh komik saja atau latar belakang saja.
Komikus harus bisa menggambar semua, baik berupa makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan maupun benda mati seperti kendaraan.
Jika komikus sudah menguasai traditional drawing, maka komikus tersebut dapat menggambar komik dengan baik.
Kelima, jangan lupa untuk percaya diri alias pede dengan kemampuan menggambar komik yang dimiliki.
Harus bangga dan yakin pula dengan kualitas karya yang dihasilkan, seperti halnya Alti yang sukses mengerjakan komik Star-Lord and Kitty Pryde (2015).
Komik tersebut merupakan proyek pertama Alti dengan Marvel dan komikus tersohor AS, Sam Humphries.
Baca Juga: Ini Cara Mendidik Anak Perempuan Agar Punya Rasa Percaya Diri Menurut Ahli
Alti pun bercerita bahwa dia pernah pula menggarap komik Goliath Girls untuk penerbit komik AS lainnya, ComiXology.
Menurut situs M.comixology.com, versi cetak Goliath Girls dirilis pada 2019.
“Harus pede, yakin sama diri sendiri. Kalau kita tidak yakin sama diri sendiri, bagaimana orang lain bisa yakin sama kita, kan?” pungkas Alti. (*)