Parapuan.co - Apakah Kawan Puan termasuk orang yang gila belanja? Atau mengenal seseorang yang gila belanja?
Gila belanja ternyata dapat dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan mental.
Nama lain dari gila belanja adalah compulsive shopping disorder.
Melansir dari Verywellmind.com, meskipun tidak secara resmi dijelaskan dalam Manual of Mental Disorders, tapi compulsive shopping disorder adalah salah satu jenis gangguan kontrol impuls.
Gangguan tersebut mungkin terkait dengan obsessive-compulsive disorder (OCD).
Baca Juga: Jangan Asal Sebut! Pahami Arti Obsessive-Compulsive Disorder dan Gejalanya
Melansir dari Psychguides.com, seorang profesor ilmu kesehatan dari Indiana University, Ruth Engs, menyatakan bahwa beberapa orang mengalami kecanduan berbelanja karena mereka menikmati apa yang terjadi dengan otak mereka saat berbelanja.
Saat mereka berbelanja, otak mereka melepaskan endorfin dan dopamin.
Endorfin dan dopamin menghasilkan perasaan bahagia dan seiring waktu perasaan ini menjadi adiktif.
Engs mengklaim bahwa 10-15% populasi orang di dunia cenderung memiliki compulsive shopping disorder.
Dalam beberapa kasus, mungkin sulit untuk mengetahui apakah kita atau orang terdekat kita kecanduan belanja.
Banyak orang suka berbelanja dan banyak orang juga menghabiskan terlalu banyak uang saat melakukan aktivitas ini.
Penting untuk diperhatikan bahwa pergi berbelanja sesekali tidak membuat kita adalah seorang pecandu belanja.
Namun ada beberapa tanda dan gejala yang dimiliki pecandu belanja yang harus kita perhatikan.
Baca Juga: Kesadaran Digital Wellness untuk Kita yang Susah Lepas dari Handphone
Gejala emosional
Seperti pecandu pada umumnya, pecandu belanja juga menyembunyikan kecanduan belanja mereka.
Jika kita sering menyembunyikan tagihan kartu kredit, tas belanja, atau kuitansi, mungkin kita sudah mengalami kecanduan belanja.
Dalam beberapa kasus, pecandu belanja mencoba menyembunyikan kecanduan mereka dengan berbohong mengenai berapa banyak uang yang mereka habiskan.
Berikut tanda-tanda emosional lain dari orang yang kecanduan belanja:
- Menghabiskan uang lebih dari yang mereka miliki
- Belanja sebagai reaksi dari perasaan marah atau depresi
- Berbelanja sebagai cara untuk mengurangi rasa bersalah
- Tidak bisa berhubungan baik dengan orang lain karena terlalu sering berbelanja
- Kehilangan kendali atas perilaku belanja mereka sendiri
Gejala fisik
Meskipun sebagian besar jenis kecanduan lain memiliki gejala fisik, kecanduan belanja tidak memilikinya sama sekali.
Dalam kebanyakan kasus, gejala yang dialami akibat kecanduan belanja bersifat emosional. Bukti fisik kecanduan belanja mungkin termasuk kondisi keuangan yang menurun.
Akibat dari kecanduan belanja
Efek jangka pendek dari kecanduan belanja mungkin terasa positif bagi pecandunya.
Dalam banyak kasus, kita mungkin merasa bahagia setelah selesai berbelanja.
Baca Juga: Jangan Lakukan! Ini Hal yang Sebaiknya Tidak Kita Sampaikan Kepada Pejuang Eating Disorder
Namun, perasaan senang itu juga sering kali bercampur dengan kecemasan atau rasa bersalah, dan rasa rasa bersalah dapat mendorong kita kembali ke toko untuk berbelanja lebih banyak lagi.
Efek jangka panjang dari kecanduan belanja yang paling terasa adalah kondisi keuangan yang tidak pernah stabil.
Hubungan pribadi kita juga bisa rusak lo, Kawan Puan!
Kita mungkin akhirnya berpisah dengan orang yang kita cintai karena terlalu sering berbelanja.
Pengobatan
Walaupun belum ada obat yang khusus namun penelitian menyarankan pecandu belanja untuk diobati dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSI).
Ada juga bukti lain bahwa terapi perilaku kognitif dapat efektif dalam mengurangi gejala kecanduan berbelanja.
Baca Juga: Merasa Lelah Meski Tidur Cukup? 6 Kondisi Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Nah, setelah mengetahui tentang kecanduan belanja dan gejalanya, sekarang waktunya kita mulai memperhatikan kebiasaan berbelanja kita dan orang-orang di sekitar kita.
Usahakan jangan berlebihan atau sampai jadi gila belanja ya, Kawan Puan! (*)