Contohnya, sepasang suami istri awalnya sama-sama bekerja mencari nafkah dan sama-sama menunaikan tugas domestik pula, mulai dari memasak sampai mengurus anak.
Suatu ketika, sang istri memutuskan untuk melanjutkan studinya ke luar negeri sehingga tak bisa bekerja dan mengerjakan tugas domestik bareng suami lagi.
"Misalnya, istrinya tiba-tiba kuliah S3 di luar negeri dan jadinya suami yang mengurus anak (dan tugas domestik lainnya).
Lalu istrinya bilang, 'Kamu (suami) cari uang, ya, kerja ekstra, untuk membelikan aku tiket pulang biar aku bisa pulang enam bulan sekali ke rumah.' Kalau mereka (suami dan istri) sudah berkomitmen seperti ini, tak apa-apa," jelas Ceu Tetty.
Baca Juga: Selain Tidak Terbuka, Ini Kesalahan Komunikasi dalam Pernikahan
Dia kembali mengingatkan bahwa komitmen rumah tangga yang sudah dibuat oleh suami dan istri bisa berubah seiring dengan munculnya perubahan dalam hidup mereka.
Salah satu contoh perubahannya seperti yang tadi sudah disebutkan, yakni salah seorang pasangan melanjutkan studinya ke luar negeri.
"Komitmen rumah tangga bisa berubah. Makanya, itu (komitmen rumah tangga) harus dikaji ulang secara berkala," tegas Ceu Tetty.
Ketika terjadi suatu perubahan dalam hidup mereka, maka suami dan istri sebaiknya mengkaji ulang atau bahkan mengubah komitmen rumah tangganya jika diperlukan.
Diubahnya komitmen rumah tangga itu bertujuan untuk memudahkan diri suami dan diri istri beradaptasi dengan perubahan dalam hidupnya.