Parapuan.co - Diva pop terkenal dunia Lady Gaga mengungkapkan bahwa ketika berusia 19 tahun dulu, dia diperkosa oleh seorang produser musik sampai hamil.
Diinformasikan BBC, Lady Gaga menceritakan hal tersebut dalam sebuah acara dokumenter berjudul The Me You Can't See.
Acara dokumenter yang dibuat oleh anggota kerajaan Inggris Prince Harry dan selebriti Oprah Winfrey tersebut membahas soal kesehatan mental dan dampak trauma terhadap penderitanya.
Baca Juga: Diperkosa hingga Hamil di Usia 19 Tahun, Lady Gaga Ungkap Masa Lalunya
Rekaman video The Me You Can't See yang menunjukkan wawancara dengan Lady Gaga dirilis di situs video YouTube pada Jumat (21/5/2021), seperti di bawah ini.
Namun, tidak diketahui apakah penyanyi yang kini berusia 35 tahun tersebut mengisahkan pengalaman buruk ini juga pada Jumat atau pada hari lain.
Walau tidak merinci kapan peristiwa buruk itu terjadi, namun mengingat dirinya lahir pada 1986, maka kemungkinan hal ini dialaminya pada 2006.
Tak hanya hamil, Lady Gaga mengaku mengalami gangguan psikotis akibat peristiwa kelam itu.
"Saya mengalami gangguan psikotis (akibat pemerkosaan tersebut)," kata Lady Gaga, seperti dikutip dari Bbc.com, Jumat.
Namun, dia tidak merinci berapa lama dirinya mengalami gangguan psikotis tersebut.
Gangguan psikotis yang dialami Lady Gaga ditandai dengan rasa sakit yang dirasakan pada tubuhnya setelah kejadian buruk tersebut, meski fisiknya sehat-sehat saja.
“Awalnya (tubuh) saya merasa kesakitan, lalu saya mati rasa. Kemudian saya sakit selama berminggu-minggu kemudian,” ujar Lady Gaga tanpa menyebutkan tahun munculnya gangguan psikotis ini.
Walau begitu, dia berusaha untuk bangkit dari kejadian memilukan tersebut.
“Saya belajar untuk melepaskan diri saya dari (kenangan buruk) itu,” ucap Lady Gaga.
Baca Juga: Becermin dari Kasus Lady Gaga, Mengapa di Industri Hiburan Kerap Terjadi Kekerasan Seksual?
Meski demikian, dia tidak menjelaskan mengenai apa yang kemudian terjadi pada janin yang dulu dikandungnya.
Lady Gaga juga menolak mengungkapkan identitas produser itu karena tidak ingin berurusan dengan pria itu lagi.
Kawan Puan, kasus pelecehan seksual, bahkan pemerkosaan seperti yang menimpa Lady Gaga, memang sering terjadi di industri hiburan.
Laporan oleh International Labour Organization (ILO) yang diterbitkan pada November 2020 mengungkapkan sejumlah situasi dalam dunia hiburan yang rawan terjadi kasus pelecehan seksual.
Simak apa saja situasi tersebut, seperti dilansir dari laporan ILO.
Saat Latihan
Salah satu situasi dalam dunia hiburan yang rawan terjadi kasus pelecehan seksual adalah saat latihan.
Ketika sedang menjalani latihan, pekerja industri hiburan seperti penyanyi, aktor, maupun aktris sering mengalami pelecehan seksual yang bersifat verbal.
Pelecehan seksual yang bersifat verbal tersebut biasanya berupa kata-kata merendahkan yang bernada seksis, seperti bitch (pelacur).
Adapun pelaku pelecehan seksual bersifat verbal itu adalah orang-orang yang memiliki posisi tinggi di dunia hiburan, seperti produser atau sutradara.
Namun, laporan ILO ini tidak menjelaskan apa tujuan dari kata-kata buruk seperti itu; apakah untuk menjatuhkan mental penyanyi, aktor, maupun aktris atau untuk tujuan lainnya.
Saat Penampilan
Kasus pelecehan seksual saat mengadakan penampilan atau pertunjukan langsung umumnya menimpa band atau musisi.
Sementara, pelaku pelecehan seksual tersebut adalah penonton acara penampilan atau pertunjukan langsung itu.
Jadi, ketika sedang bernyanyi di atas panggung dan disaksikan oleh banyak orang, ada sejumlah penonton yang melontarkan kata-kata merendahkan yang bersifat seksis seperti bitch.
Kata-kata negatif itu ditujukan kepada band atau musisi yang sedang tampil secara langsung tersebut.
Meski demikian, laporan ILO ini tidak menjelaskan apa maksud penonton melemparkan kata-kata buruk itu kepada band atau musisi tersebut.
Saat Audisi atau Wawancara
Situasi berikutnya dalam dunia hiburan yang rawan terjadi kasus pelecehan seksual adalah saat audisi atau wawancara.
Kasus pelecehan seksual tersebut biasanya berupa kata-kata merendahkan yang bernada seksis, sama seperti yang terjadi saat latihan dan penampilan.
Jadi, ketika orang-orang mengikuti audisi atau wawancara untuk menjadi bintang terkenal, mereka dapat diperolok dengan kata bitch maupun kata-kata buruk lainnya.
Baca Juga: Kasus Lady Gaga Jadi Bukti Stereotip Gender di Industri Hiburan Tinggi, Kok Bisa?
Kekuatan yang tidak seimbang antara orang-orang yang mengikuti audisi atau wawancara dengan sosok yang mengaudisi atau mewawancara mereka dapat menimbulkan perilaku memperolok ini.
Maksudnya, berhubung sutradara, koreografer, maupun pelatih vokal merupakan sosok yang melakukan audisi atau wawancara terhadap orang-orang yang ingin menjadi bintang, mereka jadi bisa bersikap semena-mena.
Mereka dapat memperolok orang-orang yang sedang diaudisi atau diwawancara dengan sesuka hati karena mereka punya posisi yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang tersebut.
Saat Berjejaring maupun Promosi
Acara berjejaring biasanya terjadi dalam suasana yang cenderung santai dan informal, misalnya saat makan siang.
Ketika berjejaring, sosok yang berkedudukan tinggi seperti sutradara maupun produser sering menunjukkan tingkah laku atau komentar yang berbau seksual.
Tingkah laku atau komentar berbau seksual itu umumnya ditujukan kepada penyanyi, aktor, atau aktris yang sedang ingin memperluas jejaringnya di dunia hiburan.
Misalnya, saat makan siang bersama dalam rangka berjejaring, seorang sutradara dapat mengomentari keindahan tubuh aktris yang sedang menikmati makan siang dengannya.
Baca Juga: Ancaman Karier di Masa Depan Jadi Alasan Korban Kekerasan Seksual di Industri Hiburan Enggan Melapor
Sementara, ketika sang penyanyi, aktor, atau aktris berusaha mempromosikan diri maupun karyanya, mereka sering diminta untuk berhubungan seksual dengan sosok yang dapat melejitkan nama mereka.
Sosok tersebut biasanya individu yang berpengaruh dalam dunia hiburan seperti produser musik, produser film, sutradara, dan sebagainya.
Jika mau berhubungan intim dengan sosok berpengaruh itu, maka sosok tersebut akan mempromosikan diri atau karya milik penyanyi, aktor, maupun aktris yang bersangkutan.
Duh, memprihatinkan sekali nasib para pekerja dunia hiburan yang mengalami situasi-situasi seperti ini, Kawan Puan.
(*)