Dianggap Sebagai Peningkat Mood, Gula Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Arintha Widya - Senin, 24 Mei 2021
Konsumsi gula
Konsumsi gula Freepik

Parapuan.co - Mengonsumsi makanan manis disebut dapat meningkatkan mood seseorang.

Padahal, faktanya tidak selalu demikian berdasarkan sejumlah penelitian.

Makanan manis mengandung banyak gula, yang menurut penelitian tidak baik untuk kesehatan tubuh.

Baca Juga: Agar Hidup Lebih Sehat, Ganti Gulamu dengan 5 Jenis Pemanis Ini!

Konsumsi gula bisa meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.

Bukan itu saja, mengonsumsi gula juga dapat memengaruhi kesehatan mental, lo, Kawan Puan.

Mengutip Psychology Today, ilmu saraf telah menjelaskan bagaimana gula dapat membuat seseorang merasa bahagia dan tidak bahagia secara bersamaan.

Hal tersebut disebabkan oleh efek dopamin dari mengonsumsi gula yang terlalu banyak dan sering.

Bahwasanya, peningkatan suasana hati dan berkurangnya stres karena mengonsumsi gula hanya bersifat sementara.

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa penyakit karena kebanyakan gula. Beberapa di antaranya adalah penyakit yang berhubungan dengan mental.

1. Mengidam dan kecanduan

Penelitian menyebutkan kalau gula memiliki sifat adiktif yang mirip dengan obat-obatan seperti kokain.

Asupan gula yang tinggi menyebabkan ngidam, sehingga konsumsi akan makanan manis ini jadi berlebihan.

Jika sudah terlalu banyak, efeknya seseorang bisa saja sulit mengendalikan keinginan untuk mengonsumsi gula.

Alhasil, dengan atau tanpa disadari, mereka menjadi kecanduan makanan manis tersebut.

2. Risiko penyakit alzheimer atau demensia

Konsumsi gula berlebih juga bisa meningkatkan risiko terkena alzheimer atau demensia.

Gejala demensia akibat kelebihan gula bisa disebabkan oleh radang gusi hingga kerusakan gigi.

Radang gusi dan kerusakan gigi disebut dapat memberi efek mengerikan pada otak.

Hal ini dikarenakan adanya bakteri gingivitis (dari gangguan kesehatan gigi) dapat melewati pembuluh darah menuju otak.

Akibatnya, bakteri memengaruhi protein di dalam otak sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit alzheimer.

Baca Juga: Simak, Ini Dampak Buruk Konsumsi Gula Berlebih bagi Kesehatan Otak

3. Perubahan mikrobioma

Gula mempunyai dampak negatif seperti menurunkan keragaman bakteri dalam tubuh.

Akibatnya akan ada perubahan mikrobioma di usus apabila mengonsumsi gula secara berlebihan.

Kondisi tersebut disinyalir dapat meningkatkan risiko terkait kejiwaan, semisal kecemasan dan depresi, autisme, dan lain-lain.

4. Meningkatkan kadar leptin dan emosi

Gula memang punya efek positif meningkatkan kadar hormon insulin yang punya sifat anabolik kuat.

Insulin ini memerankan peran penting dalam nafsu makan dan lemak tubuh, termasuk bekerja dengan hormon nafsu makan lain yaitu leptin.

Leptin dibuat di sel lemak, dengan fungsinya memberikan informasi ke otak tentang ketersediaan energi.

Pada anak kurus atau orang dewasa, otak sangat sensitif terhadap leptin.

Baca Juga: Selain Menurunkan Gula Darah, Ini 4 Manfaat Lain Kayu Manis untuk Kesehatan!

Saat kadar leptin naik, otak akan mengirimkan sinyal ke otak bahwa perut dalam kondisi kenyang sehingga pengeluaran energi meningkat.

Tingkat insulin yang tinggi, seperti pada orang dengan gangguan metabolisme atau makan makanan tinggi gula, menyebabkan sensitivitas otaknya terhadap leptin akan menurun.

Kondisi semacam itu dinamakan resistensi leptin.

Ketika kadar leptin rendah atau kita menjadi kebal leptin, seseorang akan cenderung mengalami gejala perubahan emosi.

5. Sulit membedakan kesenangan dan kepuasan

Sempat disinggung bahwa konsumsi gula berlebih dapat memengaruhi emosi dan menimbulkan kecanduan.

Lama-kelamaan, jika menganggap gula sebagai peningkat mood, seseorang akan cenderung mencari makanan apapun yang manis.

Apabila sebelumnya seseorang melakukan aktivitas seperti jalan-jalan atau olahraga untuk merasa bahagia, kebiasaan tersebut bisa berubah.

Baca Juga: Bukan Air Putih, Ini 5 Makanan dan Minuman yang Bisa Redakan Pedas

Tak jarang, kecanduan gula membuat orang jadi malas dan beralih untuk sekadar mengonsumsi makanan manis demi mendapatkan kebahagiaan.

Kalau diteruskan, tentulah kebiasaan itu membuat seseorang terserang fisik dan mentalnya gara-gara makan gula.

Nah, Kawan Puan, kita memang tidak tahu seberapa besar kadar gula yang kita konsumsi setiap hari.

Namun, alangkah lebih baiknya jika kita membatasi diri supaya tidak mengonsumsinya berlebihan.

Dengan begitu, kesehatan fisik dan mental kita tetap terjaga dengan baik. (*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja