Parapuan.co - Kawan Puan, terkadang kita sering merasa telinga kita memiliki kotoran di dalamnya.
Nah salah satu alat yang sering digunakan untuk membersihkan telinga ini adalah cotton bud.
Ternyata, membersihkan telinga dengan cotton bud itu tidak disarankan oleh ahli lo, Kawan Puan!
Baca Juga: Yuk! Deteksi Dini Kanker Ovarium Melalui Kampanye 10 Jari, Simak Caranya, Ya!
Melansir Kompas.com, membersihkan telinga menggunakan cotton bud justru dapat membahayakan telinga.
Dokter spesialis kesehatan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) RS Indriati Solo Baru, dr. Hutami Laksmi Dewi, Sp.THT-KL, M.Kes, menjelaskan pemakaian cotton bud berisiko membuat serumen semakin masuk ke dalam saluran telinga.
Serumen adalah kotoran yang biasa terdapat di dalam telinga. Kotoran ini biasanya berwarna cokelat, jingga, merah, kekuningan atau abu-abu.
Baca Juga: Paparan Polusi Udara Saat Kecil Ternyata Bisa Berpengaruh Pada Kesehatan Mental Pada Usia 18 Tahun
Semakin masuknya serumen ke dalam telinga dapat membuat rasa tidak nyaman dan gangguan pendengaran.
“Kalau kotorannya kering, justru bisa tambah masuk ke dalam karena penggunaan cotton bud,” kata dr. Hutami yang dikutip dari Kompas.com, Minggu(31/5/2020).
Selain itu, penggunaan cotton bud yang tidak benar juga dapat menimbulkan luka pada telinga, bahkan hingga berdarah.
Selama tidak berlebihan, kotoran serumen yang secara alamiah diproduksi oleh kelenjar minyak di liang telinga ini sebenarnya tidak akan mengakibatkan gangguan telinga.
Justru kotoran ini berfungsi untuk melindungi telinga dari debu dan kuman. Kotoran ini juga bisa menjaga air agar tidak masuk ke dalam telinga.
Akan tetapi, jika jumlahnya sudah terlalu banyak dan menumpuk, serumen memang perlu dibersihkan karena dapat mengganggu pendengaran.
Baca Juga: Keseringan Pakai Ponsel, Perlukah Lakukan Detoks Digital untuk Hindari Stres?
“Namanya telinga tertutup kan tidak ada udara yang masuk. Pasien biasanya mengeluh tidak nyaman hingga pusing,” jelas Hutami.
Serumen sebenarnya bisa keluar sendiri bersama debu berkat dorongan mekanisme otot pipi saat seseorang mengunyah makanan.
Namun tak semua jenis serumen bisa keluar dengan sendirinya, seperti kotoran yang bersifat padat.
Maka dari itu, Hutami menganjurkan masyarakat untuk bisa melakukan perawatan telinga secara rutin ke dokter maksimal 6 bulan sekali.
Dalam perawatan tersebut, dokter biasanya akan memeriksa kondisi serumen di dalam telinga.
Jika sudah menumpuk dan mengganggu kenyamanan, kotoran telinga itu bisa dikeluarkan.
Namun, Hutami juga mengatakan bahwa masyarakat awam boleh-boleh saja membersihkan kotoran telinga secara mandiri tanpa bantuan ahli.
Baca Juga: Gejala yang Ditunjukan saat Kamu Mengalami Kekurangan Trombosit
Dalam hal ini, ia tak menganjurkan untuk menggunakan cotton bud karena juga bisa merangsang terjadinya pusing berputar.
“Misalnya kita melakukan irigasi, memasukan air ke telinga, ada saraf yang mungkin terangsang. Jadilah pusing berputar."
"Selain itu, telinga juga dialiri saraf vagus. Kalau saraf ini sampai terangsang, bisa menyebabkan pingsan,” terang Hutami.
Baca Juga: Wajib Waspada, Ini 5 Penyebab Telinga Berdengung yang Kamu Perlu Tahu!
Untuk itu, Hutami menyarankan agar menggunakan kapas untuk membersihkan telinga dengan cara berikut ini:
1. Kapas dicelupkan terlebih dahulu ke air hangat, kemudian dilinting
2. Setelah itu, kapas yang sudah basah dimasukkan ke telinga secara perlahan dengan gerakan dari dalam ke luar searah jarum jam.
“Jika cara ini tidak berhasil, di mana pasien masih mengeluh merasa tidak nyaman pada telinga, bisa jadi serumennya padat atau ada masalah lain yang mendasari,” katanya. (*)