Beragam Masalah Kantor Setiap Tipe Perempuan, Bagaimana Mengatasinya?

Aghnia Hilya Nizarisda - Minggu, 20 Juni 2021
Ilutrasi tipe perempuan dalam menggapai mimpi.
Ilutrasi tipe perempuan dalam menggapai mimpi. NanoStockk

3. Tipe Pengampu

Berbeda dengan Tipe Pengelola, Tipe Pengampu berorientasi kepada orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Meski begitu, tipe ini juga memutuskan dengan logika.

Dengan orientasinya tersebut, Tipe Pengampu mampu mengontrol diri saat membuat keputusan, sekalipun tujuan akhirnya untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

Namun, ketika ekspektasi orang lain dan lingkungan tersebut mengganggu Tipe Pengampu karena belum terpenuhi, lalu mendapat kritikan, mereka cenderung menghindar atau menarik diri.

Akan tetapi, Sukma bilang, “Menjadi tidak bijak apabila terus menarik diri saat sedang bekerja sama di dalam tim. Padahal, Tipe Pengampu ingin menciptakan situasi kerja yang harmonis.”

Pasalnya, Ayu Thia pun mengakui kepada PARAPUAN bahwa dirinya cenderung menarik diri ketika mendapati konflik dengan rekan di kantornya. Katanya, dia tak ingin memperkeruh suasana.

Baca Juga: Tampil Dinamis, Ini 5 Rekomendasi Fashion Item untuk Perempuan Tipe Pengampu

Namun sejauh ini, itu tidak mengganggunya bekerja secara profesional. Justru keinginannya untuk memenuhi ekspektasi orang lainlah yang tanpa sadar menghambatnya.

Bisa begitu karena Ayu hingga kini bertahan pekerjaannya bukan karena dirinya sendiri. Bukan pula karena itu mimpinya atau itu yang membuat dirinya selalu bahagia.

Kala ditanya, Ayu bilang, “Soalnya di kantor cuma aku yang bisa memenuhi ekspektasi atasanmu. Kalau aku pergi, bosku gimana? Aku enggak kebayang siapa orang yang bisa menggantikan aku.”

Namun, Sukma melihat sikap Ayu bekerja sebagai pegawai swasta ini tidak sehat untuk pengembangan dirinya sendiri. Karier yang stagnan bisa membuat individu menjadi demotivasi.

“Tak ada tantangan dan penugasan baru yang bisa meningkatkan dirinya menjadi lebih baik. Bisa juga merasa terbatas dalam berinovasi dan memberi kontribusi total bagi organisasi,” ujar Sukma.

Sukma pun bilang, “Rasa lelah dan jenuh menjadi suatu fenomena ketika karir seseorang itu stagnan. Hal ini tentu dapat memberikan dampak buruk bagi kinerja individu dan juga organisasi.”

Baca Juga: 5 Gaya Andalan untuk Perempuan Tipe Pengampu, dengan Harga Kurang dari Rp. 500 ribu

Maka itu, jika Tipe Pengelola yang memiliki pengalaman dan pandangan seperti Ayu ingin tetap berkembang dalam pekerjaannya, Sukma memberikan beberapa saran.

1. Berdiskusi dengan atasan dan pihak HRD.

Diskusikanlah jenjang karir yang sifatnya jangka panjang. Kamu juga bisa melakukan evaluasi diri, apakah saat ini secara performance sudah layak untuk posisi yang lebih tinggi.

Selain itu, mintalah saran dari atasan dan HRD, hal yang masih perlu ditingkatkan untuk diri sendiri agar dapat mencapai jabatan yang diharapkan.

Jangan lupa, kamu perlu mengomunikasikan apa yang menjadi harapan dan tujuan kerjanya, sehingga tidak menjadi frustasi hingga menarik diri apabila saat ini belum terpenuhi.

2. Membangun networking secara luas.

Kawan Puan, sebaiknya kamu mulai memperluas networking baik secara internal organisasi maupun dengan pihak mitra atau eksternal.

Dengan memperluas networking, maka kamu akan semakin memiliki peluang untuk mengembangkan karirnya.

Baca Juga: Perempuan Punya Kendali dalam Mewujudkan Mimpi, Saya Tidak Ingin Apapun Menghalangi Proses Perwujudannya

3. Memiliki visi dan rencana yang jelas.

Meniti karir tidak ada bedanya seperti seorang pilot. Ia harus punya peta yang jelas terhadap titik koordinat tujuan dan juga memahami hambatan-hambatan yang akan dialami.

Kawan Puan harus memiliki deskripsi visi dan rencana yang jelas.

Target karir yang anda incar harus difokuskan pada pencapaian puncak karir tersebut, serta menerapkan langkah-lagkah yang telah anda susun.

Di tengah perjalanan mungkin kamu perlu melakukan penyesuaian agar tetap berada di jalur yang tepat untuk menuju puncak karir yang menjadi impian anda.

4. Meningkatkan skill dan kompetensi.

Penyebab sulitnya berkembang adalah skill dan kompetensi individu yang belum memenuhi kualifikasi suatu jabatan yang lebih tinggi.

Dengan demikian, kamu perlu aktif mengikuti pelatihan dan pengembangan, maupun menerima penugasan baru di luar job desk, untuk meningkatkan skill dan kompetensi baik.

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami


REKOMENDASI HARI INI

Kurikulum Merdeka Beri Literasi Finansial untuk Siswa, Bagaimana Aplikasinya?