Bukan Semangat, 5 Ucapan Toxic Positivity Ini Bisa Bikin Semakin Sedih

Ini 5 jenis perkataan toxic positivity yang bisa membuat orang lain menjadi stres
Ini 5 jenis perkataan toxic positivity yang bisa membuat orang lain menjadi stres freepik.com

Parapuan.co - Ketika orang terdekat dan tersayangmu sedang bersedih, tentu Kawan Puan ingin menghibur atau setidaknya menguatkannya.

Sayangnya, di masa pandemi ini tampak sulit untuk kita menguatkannya dengan hadir secara langsung. Alhasil, kita hanya bisa memberikan dukungan jarak jauh.

Namun ketika akan menguatkan orang tersayangmu, perhatikanlah kata-kata yang ingin kamu ucapkan, ya. Soalnya, terdapat ucapan toxic positivity yang justru bikin sedih.

Bukannya membuat dirinya menjadi semangat, ucapan toxic positivity dapat menimbulkan rasa tertekan. Tentu, itu bukan hal yang kamu inginkan, bukan?

Baca Juga: Mengalami Toxic Positivity dari Lingkungan Sekitar? Begini Cara Mengatasinya

Dalam siaran pers yang PARAPUAN terima, Prita Yulia Maharani, M.Psi., psikolog dari aplikasi konseling Riliv menjelaskan lebih rinci apa itu toxic positivity.

Toxic positivity adalah kata-kata yang terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena tidak divalidasi.

Prita menambahkan, saat mendengarkan siapa pun yang sedang bersedih, penting bagi kita untuk menerapkan empati atau memahami kondisi orang secara utuh.

 

"Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima agar tidak menumpuk," tutur Prita.

Di samping itu, perlu Kawan Puan tahu, kalau tidak semua orang itu ingin diberi nasihat.

Hal ini dikarenakan banyak orang yang sekadar ingin didengarkan. Lalu, apa saja ucapan yang merupakan toxic positivity?

"Sudah, jangan sedih terus. Mellow banget"

Tak ada seorang pun yang mau sedih atau pun mellow.

Jika kamu mengatakan hal ini berarti menutup mata bahwa teman atau sahabat sedang mengalami masalah dan mempercayai kamu sebagai teman bercerita.

Baca Juga: Yuk, Kenali Toxic Positivity Dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental

Kamu bisa berlatih mengatakan "Apa yang bisa kulakukan agar kamu bisa lebih tenang?"

"Masih ada yang lebih susah daripada kamu"

Kawan Puan, ungkapan di atas akan membuat teman atau kerabat yang sedang bercerita jadi merasa kalau masalahnya itu disepelekan.

Di sisi lain, kamu juga tidak mengetahui seberapa besar dan jauh usaha atau perjuangan yang dialami oleh temanmu.

Oleh sebab itu, gantilah kata-kata tersebut dengan "Aku bisa melihat dan merasakan betapa susahnya kamu berjuang menghadapi semuanya."

 

"Masih mending, kalau aku…"

Kawan Puan, mungkin kamu sudah tidak asing lagi ya dengan kata-kata yang terlihat membandingkan nasib seperti siapa yang paling sengsara.

Kalimat "Masih mending, kalau aku..." sering menjadi andalan saat seseorang bercerita tentang kesedihannya untuk menunjukkan bahwa dia bukan yang paling sengsara.

Padahal, hal ini hanya membuat kesedihan menumpuk dan tidak divalidasi.

Catat baik-baik, kalau kesedihan bukanlah soal persaingan, dan orang yang sedang bercerita tidak ingin berkompetisi dengan siapapun.

Jika ada orang bercerita, alangkah baiknya kamu bisa membalasnya dengan pelukan atau mengiyakan bahwa apa yang sedang mereka hadapi berat.

Baca Juga: Pahami, Berikut 5 Risiko yang Bisa Timbul Karena Toxic Positivity

"Kamu pasti bisa kok, enggak sulit ini"

Kalimat di atas pasti sudah tidak asing lagi didengar ya, Kawan Puan.

Walaupun terkesan menguatkan dan ingin memberi semangat, namun sadarkah kamu jika sebenarnya kalimat ini toxic positivity?

Pasalnya, kata "enggak sulit ini" berarti melihat dari kacamata kamu sendiri dan tidak mempertimbangkan kondisi orang itu.

Dan bisa jadi dia tidak memiliki sumber daya seperti yang kamu miliki, serta pengalaman berbeda dari yang sudah kamu lalui.

Apabila kamu ingin menyemangati temanmu, sebaiknya gunakan kalimat "Aku percaya kamu bisa, jangan lupa istirahat. Yang penting sudah melakukan yang terbaik sesuai kamu, ya."

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan"

Kawan Puan, ketika ada seseorang yang berusaha bercerita ke kamu, ini artinya dia berusahan untuk menyingkirkan pikiran dengan membagikannya kepadamu.

Jadi kalau kamu menjawab "Sudah, jangan terlalu dipikirkan," itu sebenarnya tidak masuk akal.

Kamu bisa mengapresiasinya dengan “Terima kasih sudah bercerita ya.”

 
Wah ternyata bentuk toxic positivity itu banyak ya, Kawan Puan. Jadi ketika orang lain sedang bercerita padamu jangan gunakan lima jenis kalimat yang sudah diulas ya.
 
Sebab, toxic positivity membuat orang takut berpikir negatif, takut bercerita pada orang lain, mengisolasi diri, dan meningkatkan risiko stres serta kecemasan lho.
 
Jadi yuk lebih bijak dalam bertutur kata. (*)
 

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda