Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Ketika opini publik mulai bergulir, para kaum moralis mulai menghakimi sosok-sosok yang ada dalam konten tersebut sebagai golongan tak bermoral.
Hal ini pernah terjadi di tahun 2010 saat konten video syur yang melibatkan Ariel (vokalis band Noah) dan selebritis Luna Maya dan Cut Tari tersebar di dunia maya.
Jutaan rakyat Indonesia tak ketinggalan ingin menonton video tersebut sebelum utasannya diblokir.
Ketika sudah puas menonton, opini "para ahli" bermunculan di media dan menggiring pemikiran khalayak tentang betapa tak bermoralnya kelakuan Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari dalam adegan video yang konon dapat merusak mental dan jiwa suci generasi muda.
Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari menjadi hujatan publik, bahkan dikenai sanksi hukum. Media membingkai citra mereka sebagai kaum imoral.
Sementara yang menyebarkan dan khalayak yang bernafsu menyaksikan adegan mereka tidak dikenai sanksi apapun (Soe Tjen Marching: Seks, Tuhan, & Negara, 2020).
Rentetan video "dewasa" selebriti lainnya ikut pula tersebar seiring dengan semakin canggihnya platform berbagi konten di ruang digital.
Konten tersebut dipastikan viral, bukan hanya karena seks adalah komoditas yang paling menjual dan "layak" sebagai informasi publik, melainkan juga memiliki nilai informasi tinggi apabila melibatkan selebritas atau figur publik.
Baca Juga: Angkat Kisah Fantasi Remaja yang Realistis, Ini Inspirasi Ide Cerita Film Dear David
Persamaan dari semua konten tersebut tetap dan akan selalu satu: Kesalahan ada pada kreator dan mereka yang melakoni seks tersebut, sehingga pantas disebut sebagai orang yang tak bermoral.