Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Molka, Merenggut Hak Perempuan di Tengah Kemajuan Teknologi Digital

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 25 Mei 2024
Molka, aktivitas pemasangan kamera atau alat perekam yang dilakukan secara diam-diam atau ilegal, ramai dibicarakan sejak dokumenter Burning Sun.
Molka, aktivitas pemasangan kamera atau alat perekam yang dilakukan secara diam-diam atau ilegal, ramai dibicarakan sejak dokumenter Burning Sun. Jolygon

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Akibat terkuaknya skandal, Seungri dan beberapa pesohor lainnya terpaksa jadi penghuni penjara, selama beberapa saat.

Jauh sebelum skandal terungkap, istilah molka populer seiring acara TV yang menampilkan lelucon dan kamera mata-mata di waktu bersamaan. Sebuah acara yang ditayangkan dari Maret 1991 hingga November 1992.

Dalam kurun waktu 30 tahunan sejak istilah molka bergulir, pengertiannya berubah dari hiburan jadi ancaman yang menggelisahkan berbagai kalangan.

Dari “Online Consequences of being Offline: A Gendered Tale from South Korea”, yang ditulis Yenn Lee, 2019, sejak bulan Mei sampai Desember tahun 2018 setidaknya telah terjadi 6 kali unjuk rasa besar di Seoul.

Seluruh unjuk rasa itu dihadiri puluhan ribu perempuan, yang tuntutannya meminta tindakan tegas memberantas kejahatan seksual digital, molka.

Menurut perempuan-perempuan pengunjuk rasa itu, molka telah jadi endemi di Korea Selatan.

Ini seiring makin kerapnya penemuan kamera-kamera tersembunyi di dalam bilik-bilik toilet umum, di kamar motel, di rumah sakit, di jalanan, bahkan di rumah-rumah para perempuan sendiri.

Perangkat digunakan secara ilegal, untuk mencuri gambar korbannya tanpa sadar dan dalam keadaan tak terduga.

Baca Juga: Tak Perlu Peralatan Khusus, Ini 6 Cara Mudah Deteksi Kamera Tersembunyi di Kamar Hotel

Hasilnya, berupa gambar maupun video non-konsesual yang diedarkan sebagai konten hiburan maupun pornografi.