Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Mimpi Menteri PPPA Bintang Puspayoga: Raih Kesetaraan Gender di Tengah Budaya Patriarki

Citra Narada Putri - Senin, 22 Juli 2024
Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, ceritakan perjuangannya memberdayakan perempuan dan anak.
Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, ceritakan perjuangannya memberdayakan perempuan dan anak. (Dok. PARAPUAN)

Kami hanya kementerian koordinasi dan sinkronisasi kebijakan. Isu-isu secara teknik ada di kementerian lembaga. Dan yang menjadi ujung tombak, ketika kita bicara menyelesaikan isu perempuan dan anak ini, akan menjadi sangat penting sejauh mana pimpinan daerah, bupati, walikota sampai di akar rumput, kepala desa dan lurah, memberikan perhatian melalui regulasi, kebijakan, program terhadap perempuan dan anak. Ini memang dibutuhkan sinergi kolaborasi lintas kita semua untuk menyelesaikan isu perempuan dan anak. 

Kenapa isu perempuan dan anak ini menjadi penting untuk menjadi perhatian kita, karena perempuan dan anak mengisi hampir dua pertiga dari populasi penduduk Indonesia. Perempuan hampir 49,5 persen, anak sepertiganya 28,8 persen. Apalagi pemenuhan hak, perlindungan anak-anak ini akan menjadi sangat amat penting kita hadir semuanya, karena mereka lah generasi penerus bangsa dan negara yang kita cintai ini kedepannya 

Potret Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Potret Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. (Dok. PARAPUAN)

Apa pencapaian Kemenpppa yang menurut Anda paling berpengaruh? 

Kalau bicara pencapaian masyarakat di umum, biar masyarakat yang menilai. Tapi saya melihat ada beberapa yang saya patut syukuri. Kalau mungkin masyarakat melihat suatu kegagalan, yang lagi hits sekarang kan isu-isu kekerasan yah. Apakah itu kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak, tiada hari tidak pernah absen baik itu di media sosial maupun di berita. 

Kami melihat, kalau kita bicara kekerasan, ini adalah seperti fenomena gunung es. Banyak kasus yang tidak dilaporkan. Belakangan ini maraknya kasus seperti darurat kekerasan, tidak lepas dari dampak media sosial. Saya melihat keberhasilannya karena di tahun 2021 kita sosialisasikan ‘Dare to Speak Up’ untuk berani bicara. Dan sekarang ini kenapa kasus merebak terjadi, kemudian kasus banyak muncul ke permukaan, itu tidak terlepas juga bahwa masyarakat sudah menganggap kekerasan yang dialaminya bukan aib lagi. Makanya mereka berani mengungkapkan kasus, sehingga kasus tersebut kelihatannya banyak terjadi belakangan ini.

Saya juga sering menyampaikan ketika kita bicara kasus-kasus ini, kita tidak akan pikirkan penanganannya. Kita tidak hanya berpikir penyelesaian di hilir saja, tapi di hulunya akan menjadi penting untuk upaya preventif atau pencegahan.

Contoh saja, belakangan ini kan sering ada kasus yang terjadi, yang seharusnya anak-anak berada di tempat aman dan nyaman di pendidikan berasrama berbasis agama, justru anak-anak mengalami bullying, kekerasan, di tempat seperti itu. Ini artinya apa, kalau di pendidikan berasrama berbasis agama, kita ingin Kemenag (Kementerian Agama) hadir melakukan evaluasi, monitoring. 

Baca Juga: KemenPPPA Raih Opini WTP, Menteri Bintang: Pengelolaan untuk Progam Berdampak Positif

Kemudian ramainya bullying di sekolah, kekerasan yang dialami oleh anak-anak kita, pelakunya adalah gurunya sendiri. Makanya hadirnya Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) ini juga menjadi amat sangat penting. Dalam penanganan pun kami tidak bisa sendiri. Rehabilitasi harus ditangani Kemensos (Kementrian Sosial) dan lain-lainnya. 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.



REKOMENDASI HARI INI

Mimpi Menteri PPPA Bintang Puspayoga: Raih Kesetaraan Gender di Tengah Budaya Patriarki