Pada saat kita ingin Indonesia maju, separuh potensi penduduk kita itu ada di perempuan. Kalau kita mau Indonesia maju, yang separuh penduduk ini harus kita optimalkan, harus kita dorong untuk ikut maju bersama. Jangan kita tinggalkan.
Perempuan sering dihadapkan pada tanggung jawab ganda. Berdasarkan pengalaman Anda, bagaimana cara menyeimbangkan peran-peran tersebut?
Terus terang, itu bukan hal yang mudah. Di awal-awal, pada saat saya memasuki dunia pernikahan, pasti friksi. Tetapi kemudian, kita kan sebagai suami istri itu bertumbuh dan berkembang bersama, kita harus berkomitmen dan berkompromi. Jadi kalau tidak ada komitmen, kompromi, itu pasti hancur. Kita enggak bisa menjalankan peran ganda kita.
Saat saya menikah, ‘boleh enggak saya tetap berkarier?’. Itu kan hal yang mendasar yang harus kita pastikan dulu. Tapi saya tetap akan menjaga anak, saya tetap akan mengasuh dan sebagainya. Artinya, ada kompromi kita berbagi peran. Kalau kita sudah ada kata komitmen dan kompromi, saya yakin itu bisa kita jalankan, membagi beban ganda itu.
Itu pengalaman pribadi yang saya alami. Kebetulan suami di swasta, saya di negeri, kita bisa membagi peran itu kalau kita punya supporting system kuat dari keluarga.
Yang kedua supporting system-nya juga harus kuat juga dari tempat kita bekerja. Itu akan bisa kita lakukan kalau tempat kerja kita memberikan kemudahan-kemudahan, kenyamanan-kenyamanan untuk kita membagi peran. Kalau misal pimpinan kita enggak apa-apa minta izin. Kalau kita punya problem karena kita tidak bisa menyelaraskan antara pekerjaan dengan keluarga, kita cari jalan.
Jadi, artinya jangan pernah menyerah, karena memang tidak mudah menyeimbangkan itu.
Sebagai ibu bekerja, apa me time Anda?
Waktu untuk diri sendiri sih pasti ada lah. Kebetulan saya punya kucing, jadi main sama kucing saya. Saya dulu punya 3 kucing sih, tapi 1 udah hilang, saya nangis.
Baca Juga: Mengenal Rini Widyantini, Perempuan Pertama yang Memimpin Reformasi Birokrasi
Saya kalau dibilang sama anak-anak saya atau sama orang lain, ‘kamu tuh ibunya kucing ya?’, karena saking senengnya sama kucing, saking cintanya sama kucing. Disayang-sayang, dipeluk. Kalau sampai di rumah, saya ajak ngobrol (kucingnya). Jadi kayak sama anak-anak saya.
Hal lain, biasanya sama anak-anak pergi jalan, makan atau ngemall. Ke mall sama anak-anak biasanya seringnya nyari kebutuhan-kebutuhan. Karena anak-anak sudah dewasa, sudah pada bekerja juga. Jadi kita sambil makan, ngobrol soal kerjaan mereka. Jadi me time saya dengan anak-anak seperti itu.
Mentok-mentoknya kalau lagi suntuk banget, yah nonton drakor. Ini satu hal yang bisa bikin lepas aja gitu nonton drakor, yang (ceritanya) kayaknya enggak masuk akal banget, tapi ya seru-seru aja. Buat seru-seruan yang enggak perlu banyak mikir hahaha.
Setelah ini, masih ada mimpi yang ingin diraih?
Kalau ditanya mimpi, berharapnya ke depan perempuan-perempuan kita menjadi perempuan yang maju, yang lebih bisa menunjukkan jati dirinya, yang tidak menyerah terhadap berbagai tantangan. Saya ingin nanti perempuan-perempuan menjadi pemimpin-pemimpin.
Saya ingin anak-anak bisa tumbuh kembang secara optimal, benar-benar bisa mengekspresikan dirinya, ikut partisipasi aktif di dalam pembangunan, bisa kita wadahi untuk mereka berkreasi. Tapi kemudian saya berpikir kok normatif sekali mimpi-mimpi itu ya.
Tapi kemudian saya melihat kembali pada diri sendiri. Saya ingin balik lagi kepada keluarga saya boleh enggak sih? Saya punya mimpi, anak-anak saya, perempuan-perempuan bisa menjadi perempuan-perempuan hebat juga. Itu mimpi saya.
Saya kayaknya egois, tetapi mereka bagian dari perempuan Indonesia. Saya ingin anak-anak saya bisa bermanfaat bagi masyarakat juga. Mungkin saya katakan, enggak usah mencontoh saya lah, dengan bidang yang lainnya yang non-pemerintahan juga bisa.
Artinya saya ingin supaya anak-anak saya, jadi perempuan-perempuan hebat yang nantinya juga bisa berkontribusi dalam pembangunan.
Baca Juga: Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan, Ini Mimpi Perempuan Peneliti Dr. Widiastuti Setyaningsih
Satu kata motivasi untuk perempuan Indonesia?
Percaya!
Percaya pada Tuhan bahwa kalian perempuan-perempuan Indonesia mampu untuk maju. Percaya pada diri sendiri bahwa punya kapasitas, punya kemauan, punya kemampuan untuk maju. Percaya bahwa kita bisa mengatasi berbagai macam tantangan-tantangan yang ada di hadapan kita untuk berkontribusi pada pembangunan dan membuat Indonesia jadi lebih maju menuju Indonesia Emas 2045. Percaya!
Kawan Puan juga bisa menyaksikan wawancara eksklusif PARAPUAN dengan Woro Srihastuti Sulistyaningrum, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI di program Lady Boss dalam video di bawah ini.
(*)