Parapuan.co - Sebagai perempuan, kita pasti akan mengalami menstruasi setiap bulannya.
Dan setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda.
Siklus menstruasi dimulai saat ovarium melepaskan sel telur, proses ini sendiri dinamakan dengan ovulasi.
Secara bersamaan hormon di tubuh mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
Baca Juga: Catat! Ini 5 Tips Olahraga Saat Menstruasi untuk Meredakan Nyeri
Namun, terkadang menstruasi datang tepat waktu, datang lebih awal, atau terlambat.
Lalu, bagaimana siklus menstruasi yang sehat?
Ini siklus menstruasi yang sehat seperti dilansir dari Mindbodygreen, yuk simak!
1. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi seharusnya antara 25 dan 35 hari.
Baca Juga: Waspadai dan Kenali PMDD, Pra-Menstruasi yang Bisa Ganggu Mental
Durasi hari tersebut harus konsisten setiap bulannya dan tidak mengalami fluktuasi.
Jika menstruasi berlangsung selama 29 hari dalam satu bulan, selanjutnya 34 hari, dan 26 hari pada bulan berikutnya, kamu mungkin mengalami fluktuasi hormonal yang tidak teratur.
Jika siklus terjadi kurang dari 25 hari, mungkin kamu memiliki kondisi yag disebut cacat fase luteal, yang ditandai dengan fase luteal pendek (setengah dari siklus setelah ovulasi).
Baca Juga: Ketahui Penyebab dan Tanda Bahaya Periode Menstruasi Tidak Teratur
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang disebut dominasi estrogen, di mana kadar estrogen meningkat terlalu tinggi dalam kaitannya dengan kadar progesteron.
Dalam kondisi ini Kawan Puan bisa konsultasi ke dokter, karena haid yang sehat merupakan pertanda tubuh dan pikiran yang sehat.
2. Warna Darah
Pada awal menstruasi, darah berwarna merah cerah.
Ini merupakan tanda bahwa ada aliran darah yang cukup ke daerah panggul dan darah tidak berhenti di dalam rahim.
Baca Juga: Solusi Redakan Kram Perut Akibat Menstruasi Secara Mandiri di Rumah
Seiring hari, darah berwarna merah tua, lalu coklat.
Perlu diwaspadai saat terjadi stagnasi darah. Konsultasi ke dokter apabila hal ini terjadi.
3. Lendir Serviks
Lendir serviks merupakan salah satu indikator kesehatan penting dari ovulasi yang berfungsi karena akan berubah sesuai dengan hormon di setiap fase siklus menstruasi.
Saat mendekati ovulasi, kadar estrogen meningkat, dan lendir serviks akan basah.
Baca Juga: Nyeri Saat Menstruasi? Atasi dengan Konsumsi 6 Makanan Sehat Ini
Selama fase ovulasi, cairan serviks akan menjadi lebih basah, mungkin berair atau mungkin berbentuk seperti cairan putih telur.
Begitu ovulasi terjadi dan produksi progesteron dimulai, lendir serviks akan segera menjadi lengket dan mulai mengering.
4. Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
PMS membawa gejala yang khas setiap bulannya pada perempuan.
Mulai dari keinginan ngemil, perubahan suasana hati, dan gejala khas lainnya.
Ada juga perubahan gejala PMS pada fisik dan emosional seperti kembung, nyeri dan bengkak pada payudara.
Baca Juga: Pandemic Burnout Mempengaruhi Siklus Menstruasi? Ini Penjelasannya
Perubahan suasana hati, kecemasan, kram, dan jerawat biasanya merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara estrogen, progesteron, testosteron, dan kortisol.
Menariknya, progesteron membuat tubuh perempuan lebih sensitif terhadap perubahan gula darah selama paruh kedua siklusnya, dan gejala ketidakstabilan gula darah hampir persis dengan gejala PMS.
Jadi, pastikan gula darah kamu tetap stabil dengan mengonsumsi protein, karbohidrat kompleks, dan lemak sehat setiap kali makan.
5. Pendarahan Hanya Terjadi Selama Siklus Menstruasi
Baca Juga: Nyeri Haid dan 3 Gangguan Saat Menstruasi yang Harus Kita Ketahui!
Pendarahan yang terjadi selama siklus menstruasi merupakan tanda siklus menstruasi sehat.
Di luar itu, pendarahan yang terjadi disebut dengan "breakthrough bleeding" atau pendarahan di luar siklus mentruasi.
Untuk membantu Kawan Puan memeriksa siklus menstruasi sehat, cobalah untuk mencatat siklus menstruasi lewat kalender aplikasi.
Memeriksa tanggal mulai menstruasi setiap bulannya, dan hal-hal seputar menstruasi lainnya.
(*)