Parapuan.co - Kemarahan adalah emosi intens yang Kawan Puan rasakan ketika ada sesuatu yang tidak beres atau seseorang melakukan kesalahan padamu.
Hal ini biasanya ditandai dengan perasaan stres, frustrasi, atau sakit hati.
Setiap orang merasakan amarah dari waktu ke waktu, sebab marah adalah respons yang normal untuk situasi yang membuat frustrasi atau sulit.
Baca Juga: 5 Cara Ampuh yang Bisa Kamu Lakukan untuk Mengontrol Rasa Marah
Namun kemarahan hanya menjadi masalah jika ditampilkan secara berlebihan
Mulai dari memengaruhi fungsi tubuh sehari-hari, hingga cara berhubungan dengan orang lain.
Kemarahan dapat memiliki intensitas yang beragam, dari sedang hingga sangat tinggi.
Terkadang rasa marah bahkan bisa membuat kita berlebihan atau tidak rasional.
Dalam kasus ini, sulit untuk mengendalikan emosi dan dapat menyebabkanmu berperilaku dengan cara yang tidak semestinya.
Karakteristik
Mengutip Verywell Mind, ketika seseorang marah, tubuh akan mengalami perubahan biologis dan fisiologis tertentu.
Contoh perubahan biologis yang mungkin dialami tubuh meliputi:
- Tingkat energi yang meningkat
- Meningkatnya tekanan darah
- Lonjakan hormon seperti adrenalin dan noradrenalin
- Peningkatan suhu tubuh
- Meningkatnya ketegangan otot
Kemarahan ini tidak terlihat sama pada setiap orang karena seseorang mengungkapkannya dengan cara yang berbeda.
Beberapa karakteristik lain yang mungkin bisa kamu perhatikan saat marah antara lain:
- Suara meninggi drastis
- Tangan terkepal
- Merengut atau cemberut
- Rahang yang terkatup rapat
- Gemetar secara fisik
- Detak jantung cepat
- Berkeringat berlebihan
- Mondar-mandir dengan cepat
Baca Juga: Selain Menenangkan Diri, Lakukan Hal Ini untuk Meredakan Amarah
Penyebab amarah
Kemarahan bisa disebabkan oleh pengaruh eksternal atau internal.
Seseorang atau suatu peristiwa bisa membuatmu marah.
Kamu mungkin merasa marah ketika terluka secara emosional, terancam, kesakitan, atau dalam suatu konfrontasi.
Terkadang seseorang menggunakan amarah untuk menggantikan emosi lain yang tidak ingin ditangani, seperti rasa sakit emosional, ketakutan, kesepian , atau kehilangan. Dalam kasus ini, kemarahan menjadi emosi sekunder.
Kemarahan bisa menjadi reaksi terhadap rasa sakit fisik, respons terhadap perasaan takut, untuk melindungi diri dari serangan yang dirasakan, atau sebagai respons terhadap situasi yang membuat frustrasi.
Kemarahan sering kali disebabkan oleh pemicu yang bisa bersifat rasional atau tidak rasional.
Beberapa pemicu umum yang menyebabkan amarah antara lain:
- Berkaitan dengan kehilangan orang yang dicintai
- Kehilangan pekerjaan
- Sedang melalui fase putus cinta
- Gagal dalam suatu pekerjaan atau tugas
- Kelelahan
- Kecelakaan atau mengalami kondisi yang menyebabkan perubahan fisik pada tubuh (misalnya kehilangan penglihatan atau kemampuan untuk berjalan)
Baca Juga: Hindari Meninggikan Suara, Berikut 5 Tips Meminimalkan Pertengkaran Anak
Rasa marah juga bisa menjadi gejala atau respons terhadap suatu kondisi medis.
Kemarahan bisa menjadi gejala depresi, penyalahgunaan zat, kesulitan fokus, atau gangguan bipolar.
Terdapat tiga jenis utama amarah, terdiri dari:
1. Kemarahan pasif-agresif
Seseorang mencoba menekan amarahnya untuk menghindari menghadapinya, tapi pada akhirnya mengungkapkannya dengan cara yang tidak sehat dan merusak.
2. Kemarahan asertif
Amarah jenis ini bisa menjadi pilihan yang sehat untuk mengekspresikan kemarahan.
Yaitu melibatkan penanganan amarah secara terkendali dengan menggunakan kata-kata untuk menjelaskan dengan tenang dan mencoba meredakan situasi.
Di sini, kemarahan diekspresikan dengan cara yang tidak mengancam.
Baca Juga: Mudah Marah dan Selalu Curiga, Ini Tanda Gangguan Kepribadian Paranoid
3. Kemarahan agresif secara terbuka
Jenis kemarahan ini mungkin disertai dengan serangan fisik atau verbal seperti berteriak atau memukul sesuatu.
Tujuan dari jenis kemarahan ini biasanya untuk menyakiti orang yang menjadi sasaran kemarahan secara emosional atau fisik.
Penting untuk diingat bahwa jika diungkapkan dengan benar, kemarahan adalah emosi yang sehat.
Ini juga bisa bermanfaat dalam situasi berbahaya, karena emosi memicu respons pertarungan untuk menyelamatkan diri.
Dalam beberapa kasus, amarah dapat membantu kita keluar dari situasi berbahaya. (*)