Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Jika dilacak awal bermulanya, persaingan perempuan dengan perempuan terjadi sejak awal masa pengasuhan perempuan.
Persaingan telah terjadi dalam hubungan ibu dengan anak perempuannya.
Ester Lianawati, 2022 dalam bukunya Akhir Penjantanan Dunia: Psikologi Feminis untuk Pembebasan Laki-laki dan Perempuan, menguraikan hal ini.
Menurutnya, Persaingan ibu dan anak perempuannya tidak pernah dibicarakan sebab tidak memenuhi penggambaran klasik tentang sosok ibu. Padahal inilah persaingan paling awal yang dialami setiap anak perempuan.
Dalam uraian lanjutannya, kurang lebih Lianawati menjelaskan bahwa dalam pengasuhan, ibu akan membedakan perlakuannya pada anak laki-laki dengan anak perempuannya.
Saat mengasuh anak perempuan, seorang ibu punya memori yang kuat tentang pengalamannya sendiri. Pengalaman saat diasuh jadi perempuan oleh ibunya, nenek sang anak perempuan.
Ini mengantar seorang ibu merasa punya pengetahuan yang mendalam soal-soal perempuan. Tentu seluruhnya merupakan hasil interaksi dirinya dengan pendahulunya.
Pengetahuan ini kemudian diwujudkan sebagai hal-hal yang harus dijalankan anak perempuan. Ibu merasa jadi pakar ketika membesarkan anak perempuannya.
Baca Juga: Tak Hanya dengan Pasangan, Ini Tanda Hubungan Toksik antara Ibu dan Anak