Parapuan.co - Menghadapi pandemi Covid-19 ini, memang tidak mudah ya, Kawan Puan?
Terlebih, perubahan gaya hidup yang membuat kita lebih banyak di rumah, juga memberikan dampak bagi kesehatan mental kita.
Tak heran, kalau banyak orang mengeluhkan bahwa kesehatan mental mereka terganggu. Mulai dari depresi, kecemasan, sampai stres, rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari kita selama pandemi Covid-19 ya.
Baca Juga: Simak! Ini 6 Manfaat Berkebun untuk Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik
Sebab itu, banyak terapis pun ungkap bila ada banyak perubahan kesehatan mental yang dialami kita selama setahun ini.
Melansir Popsugar, seorang psikoterapis, Carrie Mead mengungkapkan bahwa dirinya menerima banyak klien yang mengalami gangguan kecemasan atau anxiety.
“Setahun lalu, 90 persen klien saya menderita gangguan kecemasan. Saya percaya adanya trauma dari masalah lingkungan, pandemi, ekonomi, dan beberapa ketakutan tentang masa depan akan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu,” ujarnya.
Namun, tak hanya gangguan kecemasan saja yang banyak dialami. Ada beberapa perubahan kesehatan mental yang sangat signifikan terjadi selama setahun ini. Berikut ulasannya.
1.Isolasi dan kesepian
Kelly O’Sullivan sebagai terapis menjelaskan bahwa lebih banyak orang merasa terisolasi dan kesepian dari waktu sebelumnya.
Memang betul, pada dasarnya, sifat alami manusia memang membutuhkan untuk terkoneksi dengan orang dalam waktu lama.
Tapi, pandemi Covid-19 memaksa kita untuk jauh dari teman dan keluarga yang akhirnya membuat kita merasa kesepian, terisolasi, dan terabaikan.
“Kalau kamu mengalami gejala kecemasan, depresi, dan terisolasi, teleponlah keluarga atau teman selama 10 menit sehari. Ini akan membantu mengurangi perasaan seperti ini,” ujar Kelly.
Baca Juga: Pulihkan Kesehatan Mental Akibat Covid-19, Butuh Waktu Berapa Lama?
2. Bertambahnya depresi dan anxiety
Depresi dan anxiety bukan menjadi hal baru untuk kita ya, Kawan Puan?
Menurut Jenna Carl, PhD, psikolog terapis mengungkapkab bawah depresi dan anxiety ini terjadi saat masa depan tidak bisa terprediksi. “Kita terbiasa merasa lebih baik saat masa depan lebih terprediksi,” ujar Jenna.
Dan, pandemi Covid-19, membuat kita semua harus menjalani hidup tanpa ketidakpastian tentang masa depan.
Sehingga, wajar sekali bila kita mengalami gejala depresi dan anxiety. Sebab itu, lebih baik kamu cobalah melakukan konsultasi untuk membuatmu lebih baik.
Atau, kamu juga bisa melatih tentang self-compassion yang bisa kamu coba dengan meditasi, berbicara dengan diri sendiri, dan berbicara dengan teman.
3. Kurangnya kendali
Dulu sebelum pandemi, rasanya mengendalikan diri terhadap emosi yang kita alami. Tapi, sejak adanya Covid-19, rasanya sulit sekali mengendalikan diri sendiri ya.
Nah, menurut Holly Schiff, PsyD, psikolog klinis, ini memang wajar terjadi. Tapi, kurangnya pengendalian diri ini rupanya bisa berpengaruh pada relasi kita dengan keluarga.
Oleh sebab itu, Holly menyarankan untuk kita mulai menyadari emosi yang ada dalam diri kita sehingga bisa mengendalikan diri.
“Jadwalkan olahraga, makan teratur, dan tidur yang sehat. Saat menghadapi peristiwa yang menakutkan dan sebagian besar di luar kendali, penting untuk menyadari apa yang dapat kamu kendalikan,” ujarnya.
Baca Juga: Refleksi Diri Raline Shah di Hari Ulang Tahunnya: Saya Sadar Saya Bahagia
4. Kesedihan
Kesedihan juga merundung hari-hari kita selama pandemi Covid-19. Kian hari, ada saja kita mendapat kabar duka dari teman, keluarga, bahkan kerabat yang selama ini kita kenal.
Tak heran, bila kecemasan, ketakutan, dan depresi yang kita alami, akhirnya berubah menjadi kesedihan.
“Saya mencatat bahwa gangguan kecemasan ini bisa memberikan rasa berlebih para kesedihan, keputusasaan, dan marah,” ujar Carrie Mead.
Maka dari itu, Kahina A. Louis, PsyD, sebagai terapis menyarankan agar kamu tidak menahan emosi yang kamu rasakan.
"Menyalahkan diri sendiri karena merasa sedih ketika 'itu bisa menjadi jauh lebih buruk' hanya memperburuk pengalaman dengan memperkenalkan perasaan bersalah atau malu,"ujarnya.
Bila kamu kehilangan orang tersayang, ketahuilah kalau butuh waktu lama untuk kamu menerima keadaan. Sehingga, bersabarlah dengan dirimu sebisa mungkin.
Terkadang bicara tentang kematian dengan keluarga dan teman juga bisa membantumu, kok.
5. Batasan blur antara keluarga dan pekerjaan
Nah, bagian ini tentu saja kita semua merasakan sejak bekerja dari rumah. Kita sulit memberikan batasan waktu antar pekerjaan dan keluarga.
Alhasil, ya, kita pun mengalami kesulitan tidur dengan sehat saat malam hari. Sebab, ada saja, kerjaan yang belum usai. Bahkan, meeting pun bisa larut sampai malam hari.
Tak hanya itu, batasan blur ini juga membuat banyak pasangan akhirnya berselisih.
Baca Juga: Selain Abaikan Orang Negatif, Ini 6 Cara Agar Kuat Secara Emosional
"Bahkan pasangan dan keluarga yang cenderung mengalami tingkat kesusahan yang rendah mengalami kesulitan muncul karena setiap orang telah berada di ruang fisik dan emosional satu sama lain begitu lama," ujar Virginia Williamson, LMFT, co-owner of Collaborative Counseling Group.
Oleh sebab itu, penting untuk kamu membatasi antara pekerjaan dan keluarga. Caranya, kamu bisa membagi waktu dengan ketat. Bila kamu sedang libur atau jam kerjamu telah habis, lebih baik matikan notifikasi agar tidak mengganggumu.
"Penting untuk mengetahui kapan harus menutup laptop. Saya telah melakukan banyak pekerjaan dengan klien saya dalam menetapkan batasan di tempat kerja, komunikasi yang tegas, dan kebutuhan untuk perawatan diri," ujar Virginia.
6. Merasa hilang koneksi
Pernahkah kamu merasa hilang koneksi dengan dirimu? Bila pernah, ini juga dialami oleh banyak orang selama setahun.
Billy Roberts, LISW, terapis Ohio, pun menyarankanmu untuk melakukan kegiatan baru untuk terkoneksi dengan dirimu sendiri.
“Carilah cara untuk terkoneksi dengan dirimu sendiri, nilai dirimu, dan goals dirimu,” ujarnya.
Atau, kamu juga bisa juga merencanakan masa depan yang pasti. Misalnya, makan malam di tempat mahal pada akhir pekan.
Baca Juga: Selain Abaikan Orang Negatif, Ini 6 Cara Agar Kuat Secara Emosional
7. Post-Traumatic Stress Disorder
Apa yang kita alami mungkin saja bisa memberikan post-traumatic stress disorder, sehingga meskipun pandemi Covid-19 usai. Kita akan mungkin mengalami PTSD, yang membuat kita juga tetap mengalami gangguan pada kesehatan mental.
"Saya melihat banyak klien yang memiliki sifat PTSD. Termasuk mudah tersinggung, perasaan terlepas, dan serangan panik,” ujar Byran Bruno, psikiater.
Nah, bila kamu mengalami PTDS, lebih baik segeralah konsultasi dengan tenaga ahli professional ya, untuk membantumu.
Kamu juga bisa mengurangi membaca berita, melihat informasi di berita, yang mungkin akan menimbulkan trauma untukmu.
Nah, Kawan Puan, semoga kita bisa melewati masa ini dengan baik-baik saja, ya!(*)